Isa memang bukan kami. Ia sebisa mungkin memenuhi kemauan orang-orang yang lekat di hati. Ia meminta saran teman-teman. Menjadi penunjuk jalan. Dan memikirkan betul apa gantinya, ketika yang diingini tak tersedia.
Pada kupat tahu, tergambarkah empati sejati?
Meski berkuah petis, itu mah pasti!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!