Mohon tunggu...
DuaBahasa
DuaBahasa Mohon Tunggu... Freelancer - Words are mighty powerful; it's the Almighty's word that perfected our universe

Terus mencoba membuat alihan bahasa yang enak dibaca

Selanjutnya

Tutup

Diary

Petis, Empatis

2 Juli 2022   00:29 Diperbarui: 2 Juli 2022   00:32 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Terintip, catatan harian tentang empat saudara]

Tempo hari kami diutus Ibu ke Bandung.

Beliau ingin menitipkan surat dan buah tangan untuk sepupu-sepupu kami, yang belum lama kehilangan bunda tercinta, kakak ipar Ibu. Kami sekeluarga memang belum sempat berbela sungkawa.

Walau ini pengutusan spontan, adikku setuju.

Kesempatan bagi kami berdua untuk bertemu kakak-kakak setelah sekian lama. Kesempatan bagi Yahya untuk bertemu sahabatnya.

Minggu subuh kami berangkat. Jalanan lengang.

Gangguan hanya sedikit. Hujan super-lebat turun menjelang pintu keluar Padalarang.

Halangan pun cuma satu. Sejak keluar rumah sampai kami melewati gerbang Cileunyi, pesan-pesan WA kepada kedua kakak sudah terkirim namun masih bercentang abu satu. Telepon juga belum berjawab.

Tidak apa.

Tujuan pertama: menjemput Isa, sahabat Yahya. Perempuan ini tutur katanya lembut, selembut hatinya. Pribadi yang pandai membawa diri, hangat, ramah dan ramai. Pantas mereka berdua bersahabat. Opposites attract.

Tujuan kedua: sarapan. Kami ingin makanan ringan saja pagi itu, yang khas Bandung, tapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun