Mohon tunggu...
DS Anwar
DS Anwar Mohon Tunggu... Guru - berusaha memperbaiki segala kekurangan

Menulis untuk berbagi dan bercerita. Sering memandang langit di malam hari sekadar untuk bertasbih, mengagumi benda yang bertebaran di langit, rembulan dan bintang-bintang-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tragedi di Malam Takbir

23 Mei 2019   16:42 Diperbarui: 23 Mei 2019   16:48 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Woi, ada keributan di dekat jalan kereta. Katanya ada kecelakaan!" sontak semua anak-anak menghambur ke luar dari teras masjid. Mereka berlarian menuju satu tempat. Jalan kereta!

Ternyata benar saja. Orang-orang sudah menyemut di pinggir rel kereta api. Jalur kereta api tersebut tidak terlalu aktif. Sehari hanya ada empat jadwal. Dua kali jadwal keberangkatan, dan dua kali jadwal kepulangan, pagi dan sore hari. 'Berarti itu bukan kecelakaan oleh kereta api kalau malam hari.' Begitu benak orang-orang saat berdatangan ke lokasi kejadian. Termasuk kubil dan teman-temannya.

Teryata di sana sudah ada Pak RT dan beberapa orang dewasa termasuk anak-anak kecil. Mereka sedang mengerubuti seorang anak yang tergeletak. Tanan kanannya bersimbah darah.

"Lho, itu kan Yujeng!" teriak Kubil. "Iya, benar." Dodo menimpali.

"Awas, anak-anak jang terlalu medekat! Cegah Pak RT. Cepat panggilkan angkot, kita bawa ke rumah Sakit," perintahnya kepada beberapa warga.

Di tengah kerumunan tergeletak Yujeng tengah meraung kesakitan. Telapak tangan kanannya telihat hitam dan mengucurkan darah segar.

Ibu-ibu dan anak-anak perempuan ada yang menjerit seraya beristighfar. "Ini kenapa tidak ada yang melarang main petasan?" ucap seorang ibu sambil terisak. Dia tahu bahwa anak yang tergelak itu Yujeng, anak seorang penjual gorengan di ujung gang yang suaminya pengangguran dan pekerjannya hanya memancing.

Ia terisak sambil menyingsingkan kain dasternya lalu berlari bermaksud memberi tahu Mak Cicah, ibunya Yujeng.

Tak lama datang sebuah angkot. Pak RT dibantu beberapa warga menggotong  Yujeng ke dalam angkot. Anak itu semakin keras suara raungannya. Darah pun terus mengucur dari telapak tangan kanannya

Kubil dan temannya tampak ngeri sekaligus kasihan melihat kejadian tersebut, menimpa teman dekat mereka pula. Semua bisu dan berwajak terpaku. Benak mereka semua bertanya-tanya. Kenapa sampai terjadi kejadian yang mengenaskan tersebut di lama takbiran? Dan sahabat mereka sendiri yang mengalaminya.

"Ayo, anak-anak bubar!" Pak Ustad Heri guru mengaji di Masjid Al-Mujahid menyuruh anak-anak di tempat tersebut. Ayo sekarang tidak ada lagi yang di luar rumah. Yang mau melantunkan takbiran kembali ke masjid, dan yang lainnya boleh pulang ke rumah masih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun