Mohon tunggu...
DS Anwar
DS Anwar Mohon Tunggu... Guru - berusaha memperbaiki segala kekurangan

Menulis untuk berbagi dan bercerita. Sering memandang langit di malam hari sekadar untuk bertasbih, mengagumi benda yang bertebaran di langit, rembulan dan bintang-bintang-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan Momentum untuk Bermuhasabah

8 Mei 2019   02:00 Diperbarui: 8 Mei 2019   02:54 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Setiap Ramadan tiba tentu selalu ada rasa bahagia dan berbagai pengharapan. Sudah berpuluh Ramadan saya jalani dan lalui seiring dengan bertambahnya usia. Tentu berpuluh bahkan ratusan kisah pula yang sudah dan pernah saya alami selama berjumpa dengan Ramadan.

Namun ada beberapa aroma khas yang dimiliki Ramadan dan tidak saya temui di bulan lainnya, yaitu semangat untuk memperbaiki diri (instrospeksi), semangat meningkatkan kualitas diri dan semangat kebersamaan, dan semangat memperbaiki diri

Sebagai makhluk sosial tentu saja saya memiliki komunitas. Setiap hari berhubungan dan berkomunikasi dengan bermacam orang yang memiliki beragam karakter. Mulai dari keluarga (anak, istri, orangtua dan saudara), tetangga, rekan kerja, peserta didik (karena saya seorang tenaga pengajar) hingga rekan-rekan dalam organisasi dan komunitas media sosial.

Karenanya, tentu sebagai makhluk yang tidak sempurna saya memiliki banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Sebagai seorang ayah dan suami, tentu pernah membuat anggota keluarga di rumah kecewa atau kesal. Sering membuat anak dan istri tidak suka dengan keputusan yang dianggap tidak adil atau sepihak, meski tentu saja semua yang dilakukan demi kebaikan dan telah dipertimbangkan sebelum diputuskan.

Sebagai tetangga mungkin saja partisipasi di lingkungan tempat tinggal kurang begitu maksimal. Karena memang setelah beraktivitas di tempat kerja sangat jarang bertemu dan berkomunikasi dengan mereka, kecuali dalam momen-momen tertentu, misalnya dalam acara keagamaan atau jadwal ronda malam.

Lalu, saat di sekolah tempat sehari-hari mengajar mungkin saja peserta didik merasa kurang nyaman saat kegiatan belajar mengajar. Atau mungkin di saat ada kegiatan sekolah sikap dan dedikasi pekerjaan saya kurang maksimal sehingga membuat rekan kerja/seprofesi dan pimpinan tidak  puas.

Bahkan mungkin saja selama berorganisasi ada sikap dan perilaku yang kurang solid sehingga gerak dan langkah keorganisasian kurang maksimal. Semua itu tentu saja semata-mata karena ketidaksempurnaan diri sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan.

Namun tentu semua itu bukan berarti harus berdiam diri. Saya tidak beranggapan lingkungan di mana kita berada memafhumi, tetapi tentu sebaliknya musti selalu berintrospeksi dan bersikap memperbaiki segala kekurangan. Dengan demikian momen Ramadan inilah saat yang tepat bagi saya untuk bermuhasabah, bahwa sejauh mana sudah berbuat dan melakukan yang terbaik. Ramadan menjadi momen bagi saya untuk memperbaiki diri, memperbanyak zikir dan berdoa meminta agar selalu menjadi pribadi yang tawadu.

Semangat meningkatkan kualitas.

Rugi rasanya bagi seseorang yang tidak memiliki progress menuju kebaikan dan kualitas diri. Begitu pun saya. Ramadan sebagai bulan yang menjadi ajang latihan bagi seluruh ummat muslim di manapun berada, baik latihan fisik maupun batin. Mengapa demikian? Latihan fisik sudah sangat jelas. Dari pengertiannya saja berpuaasa sudah dapat dipahami, yaitu menahan haus dan lapar sedari terbit fajar hingga maghrib/sore hari (terbenam fajar). Dalam ajaran Islam jangankan orang dewasa, sedari anak-anak pun sudah dikenalkan dan dilatih untuk berpuasa. Bahkan ada beberapa orang tua yang sudah mengenalkan berpuasa dari anak-anaknya berusia balita.

Dengan berpuasa semua muslim belajar dan merasakan rasanya haus dan lapar, yang dirasakan fakir miskin dan tidak mampu. Sehingga akan terasah dan muncul rasa empati bagi sesama manusia yang memiliki kekurangan secara ekonomi dan finansial.

Selain melatih fisik, batin kita juga akan terasah. Berpuasa bukan hanya melatih lapar dan dahaga saja, tetapi melatih  ada nilai lain yang tak kalah pentingnya. Berpuasa akan melatih keikhlasan dan kesabaran dalam berbagai hal. Lapar dan haus bisa saja ditahan oleh siapapun. Sekalipun anak kecil, tetapi ikhlas dan sabar belum tentu. Sebagai contoh, bagaimana rasanya harus bangun di saat mata lelap dan pulas tertidur, kemudian makan dan minum demi sahur. Atau, baru saja usai menyantap berbuka puasa kemudian tiba waktunya salat tarawih dengan keadaan perut yang kekenyangan.

Semua itu jika terpaksa dan tidak tahu ilmunya bukan mutsahil semuanya akan terasa berat.  Namun, jika selalu dibarengi dengan keikhlasan dan kesabaran serta tahu bahwa semua itu sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta, tentu semuanya akan ringan dan mudah.

Jadi, keihklasan dan kesabaran dapat menjadi jalan untuk meningkatkan kualitas diri dan dilatih selama berpuasa sebulan penuh di Bulan Seribu Bulan ini.

Semangat kebersamaan.

Semua tahu bahwa Ramadan ini datang setahun sekali selama sebulan penuh. Selama sebulan itu pula seluruh ummat muslim melakukan banyak kebersamaan. Sahur sebelum waktu subuh tiba. Meski di setiap Negara berbeda waktu, tetapi waktu sahur tetap sama yaitu sebelum subuh tiba.

Rumah-rumah muslim sedunia saat itu bersama menyantap hidangan sahur yang diolah penuh dengan cinta oleh para muslimah. Begitu pun dengan waktu berbuka dan tarawih serta tadarus. Semua bersama dan berjamaah.

Tidak sedikit banyak pengurus masjid di belahan dunia ini, yang menyediakan menu takjil dan berbuka bagi sesama muslim, bahkan siapa pun itu yang ingin mencicipi kebersamaan. Semua mencari keberkahan di bulan suci. Tentu saja hal itu menandakan bahwa kita dilatih untuk selalu bersama dalam segala hal. Bersama membangun ukhuwah. Membangun kesadaran dan kecintaan terhadap sesama manusia di muka bumi ini demi mendapat cinta yang lebih hakiki dari sang Maha Cinta, Allah SWT.

Untuk itu, bagi saya, bulan Ramadan menjadi bulan pembenahan diri. Bulan di mana saatnya bermuhasabah. Sejauh mana perbuatan yang telah dilakukan selama sebelas bulan sebelumnya. Apakah ada peningkatan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya atau tidak? Minimal setahun setelah Ramadan tahun lalu.

Seperti saat ini. Ramadan kali ini selain untuk memperbaiki kualitas ibadah, juga saatnya untuk berintrospeksi. Mengingat sikap selama sebelas bulan sebelumnya sambil mengisi bulan suci dengan berbagai amalan untuk menjadi bekal sebelas bulan ke depan.

Selain sebagai ajang untuk bermuhasabah diri, pada Ramadan kali ini saya memiliki harapan untuk kembali meningkatkan intensitas dan kualitas dalam kegiatan menulis. Sejujurnya, selama dua tahun ke belakang (2016-2018) kegiatan menulis sangat menurun atau sering dibilang buntu (writer's block). 

Meski demikian bukan berarti saat itu mati sama sekali dalam menulis. Hanya intensitasnya saja yang benar-benar tidak stabil. Rentang dua tahun itu hanya beberapa kali ikut lomba menulis. Beruntung masih sempat mendapatkan juara pertama dalam lomba menulis kata mutiara di awal tahun 2017 dan lomba menulis puisi di awal 2018. Setelah itu kegiatan menuli sangat berkurang. Beberapa blog yang saya kelola kosong dari postingan selama itu termasuk kompasiana.

Sekadar cuitan di twitter yang hanya beberapa kata dan kalimat pun enggan saya lakukan. Beruntung masih sesekali menulis puisi di laman facebook. Itu pun penunjuk statusnya diprivasi, tidak di publikasikan.

Kesempatam untuk bangkit dan menemukan semangat menulis dipicu lagi sejak mendapat tugas dari tempat mengajar untuk mengikuti sebuah lokakarya menulis yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur. Setelah itu mengikuti sebuah even penerbitan gratis yang diselenggarakan komunitas menulis nasional.

Dalam keadaan tertatih mencari serpihan semangat itu, saya kumpulkan beberapa puisi dalam retang waktu selama dua tahun tersebut. Hingga akhirnya tersaring puluhan puisi di laman medial sosial facebook dan instagram pribadi serta beberapa di dalam laptop, lalu disusun menjadi sebuah naskah kumpulan puisi. Alhamdulillah, naskah tersebut diterima dan lolos untuk diterbitkan. InsyaAllah akan buku tersebut diterbitkan bulan Mei ini jika tidak ada aral melintang dan menjadi buku solo saya yang keempat.

Saya yakin, Ramadan adalah bulan yang memberikan energi positif. Bulan di mana setiap doa akan dikabulkan. Dengan demikian saya berharap dan berdoa semoga di bulan yang penuh berkah ini menjadi pemantik semangat dalam menulis.

Cianjur, 1 Ramadan 1440 H/6 Mei 2019  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun