Mohon tunggu...
Zaini K. Saragih
Zaini K. Saragih Mohon Tunggu... Dokter - dr. Zaini K. Saragih Sp.KO

Dokter spesialis olahraga, praktek di beberapa rumah sakit di Jakarta. Mantan dokter timnas dan komite medis PSSI. Saat ini sebagai chairman Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) dan Indonesia representative board SEARADO (South East Asian Ragional Anti Doping Organization)

Selanjutnya

Tutup

Bola

Mengolahragakan Masyarakat – Memasyarakatkan Olahraga

14 September 2014   18:58 Diperbarui: 13 November 2017   08:06 2186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://jualbarang-antik.blogspot.co.id

2014 September 14, tidak terasa tanggal 9 sudah berlalu, berlalu begitu saja tanpa kehebohan media. Jika pun ada pemberitaan peringatan HAORNAS (hari olahraga nasional) oleh wapres Boediono, beritanya seolah tenggelam dalam berita pembahasan RUU pilkada atau bahkan berita mantan Briptu Norman yang jualan bubur Manado di Kalibata city (yummy, saya suka bubur manado). Apa artinya? Langsung atau tidak langsung hal ini menunjukkan jika kita semua, termasuk pemerintah, tidak peduli dengan olahraga, baik sebagai ajang unjuk prestasi lokal hingga internasional, ajang pendidikan sportifitas hingga sebagai sarana peningkatan derajat kesehatan.


Sejak awal kemerdekaan, pemerintahan Soekarno begitu memperhatikan olahraga sebagai salah satu sarana perjuangan pemersatu bangsa, sehingga pada 9/9/1948 menyelenggarakan PON yang pertama di Solo. Tidak cukup dengan itu saja, bahkan dalam tempo 14 tahun kemudian (17 tahun pasca kemerdekaan) kita berhasil menyelenggarakan Asian Games, kejuaraan olahraga paling akbar se-Asia! Suatu prestasi yang belum dapat diulangi Soeharto dimasa-masa kejayaan, bahkan hingga saat ini. Semoga saja angin segar yang menyebut kemungkinan Indonesia sebagai salah satu alternatif pengganti penyelenggara Asian Games berikutnya terwujud.

Jauh sebelum pemerintah Amerika menyadari perlunya olahraga dengan kampanye “Exercise is Medicine” tahun 2010, Indonesia sudah lebih dahulu mengkampanyekan “Mengolahragakan Masyakat dan Memasyarakatkan Olahraga” tahun 1983 bersamaan dengan deklarasi “Hari Olahraga” tanggal 9 September (presiden Soeharto dan menpora Abdul Gafur). Namun sayangnya, sebagaimana terjadi dibidang lain, apa yang kita mulai tidak ada kelanjutannya, bahkan kementrian olahraga sempat dihapus pada masa pemerintahan Abdul Rahman Wahid.

Perhatian Soeharto pada olahraga selain dengan deklarasi “hari olahraga” juga ditunjukkan dengan prestasi atlet Indonesia pada berbagai event olahraga, seperti terlihat pada penyelenggaraan Sea Games, Indonesia selalu menjadi “juara umum”, yang sulit terulang pada pemerintahan sesudahnya.

Salah satu penyebab menurunnya prestasi olahraga kita, menurut hemat saya adalah “instanitas”. Kita semua ingin semua terjadi serba instan, seperti magic, seperti mujuzat, seperti dilafalkan dikitab suci “Jadi! Maka terjadilah”. Dari mulai makanan dan minuman, sandang, papan, pendidikan hingga performance olahraga. Padahal kita semua menyadari, semua yang terjadi di dunia wajib memerlukan proses, bahkan terkadang proses lebih bermanfaat ketimbang hasil perubahannya.

Entah puluhan hingga ratusan mungkin ribuan kali, pengurus olahraga menciptakan program-program “crash” menghabiskan anggaran yang WAH, namun tanpa hasil yang memuaskan. Sayangnya, tidak seperti keledai yang tidak jatuh dilubang yang sama, kebanyakan kita selalu melakukan kesalahan yang sama tersebut berulang kali. Semoga pemerintahan Jokowi-JK dapat memilih seorang mentri yang tepat hingga dapat membuat “grand design” yang jelas, terukur dan mengandalkan process.

Keadaan sama juga terjadi pada olahraga rekreatif. 30-40 tahun yang lalu, anak-anak disekolah diajarkan bahwa olahraga adalah salah satu upaya untuk sehat, namun sekarang hilang. Hampir tidak ada program keolahragaan disekolah, anak dinilai hanya berdasarkan kepintaran pada mata ajaran tertentu! Bahkan anak pra-sekolah hanya dinilai kemampuan tulis baca dan hitungnya saat akan mendaftar sekolah. Aktivitas fisik atau olahraga tidak diperdulikan sama sekali.

Ditahun 1983, dengan deklarasi “hari olahraga”, semua pelajar disekolah selalu merayakan hari olahraga setiap tahun dengan berbagai kompetisi olahraga, baik tingkat kelas di dalam sekolah, antar sekolah bahkan antar kabupaten, provinsi hingga tingkat nasional. Masih teringat kompetisi sepakbola Haornas, entah nasibnya bagaimana sekarang.

Pegawai pemerintah (PNS) diwajibkan melakukan senam pagi setiap jumat, (pelajar wajib senam pagi setiap hari (selain hari Senin yang merupakan hari upacara bendera). Kita mengenal beberapa jenis senam, diantaranya SKJ (senam kesegaran jasmani). Tapi sekarang sebagian besar kebiasaan tersebut sudah menghilang…

Pembangunan yang kita lakukan tidak memiliki wawasan kesehatan. Kita melihat kota berkembang tanpa memikirkan sarana yang mendukung warganya untuk hidup aktif, seperti ketersediaan trotoar yang aman dan nyaman, taman kota, taman olahraga, angkutan umum yang tidak polutif dan sebagainya.

Semoga pemerintahan baru dapat memperbaiki hal ini, seperti yang sudah terlihat di Jakarta saat gubernurnya mengupayakan membuka banyak lahan terbuka umum. Sudah selayaknya pemerintah, melalui berbagai kementrian terkait, menciptakan “indeks kota sehat”, tidak saja untuk mengapresiasi dan memberi penghargaan pada pemerintah daerah dan organisasi yang membangun dengan wawasan kesehatan, juga dapat menjadi arahan dan panduan model pembangunan yang mendukung kesehatan rakyat. Saya terbayang, setiap tahun akan ada “release” daftar kota/daerah tersehat di Indonesia, pemerintah daerah juga akan berlomba membangun kekurangan kotanya hingga menjadi lebih sehat untuk rakyatnya.

Begitu banyak hal yang mesti dilakukan, oleh begitu banyak pihak, mari eratkan kebersamaan, tingkatkan sportifitas.

Mari kita: MENGOLAHRAGAKAN MASYARAKAT DAN MEMASYARAKATKAN OLAHRAGA.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun