Mohon tunggu...
Zaini K. Saragih
Zaini K. Saragih Mohon Tunggu... Dokter - dr. Zaini K. Saragih Sp.KO

Dokter spesialis olahraga, praktek di beberapa rumah sakit di Jakarta. Mantan dokter timnas dan komite medis PSSI. Saat ini sebagai chairman Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) dan Indonesia representative board SEARADO (South East Asian Ragional Anti Doping Organization)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Long Weekend" Ini, Ayo Ajak Anak Bergerak!

2 Desember 2017   08:52 Diperbarui: 2 Desember 2017   16:26 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cara pandang masyarakat (khususnya orang tua) terhadap kesehatan anak telah mengalami perubahan besar dalam kurun 10 tahun terakhir. Dulu, orang menganggap anak yang sehat itu adalah anak yang gemuk (montok/chubby), ini sesuai juga dengan kondisi kesehatan umum masyarakat saat itu, sangat banyak bayi (anak) yang mengalami kurang gizi. Sehingga selain anggapan lebih sehat, masyarakat menganggap anak yang gemuk itu menunjukkan status ekonomi keluarga yang mampu.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Pada 10 tahun terakhir, dengan terjadinya perubahan jenis dan pola penyakit (peningkatan penderita penyakit stroke, jantung, diabetes dll), ilmuwan kesehatan mulai mengumpulkan dan melakukan penelitian, yang menghasilkan temuan bahwa semua kondisi penyakit tersebut, prosesnya dimulai dari kebiasaan dan kondisi yang telah menjadi kebiasaan sejak anak-anak.

Anak yang overweight/obese akan cenderung tetap over weight/obese pada saat dewasa. Jika dilihat secara mikroskopis sel lemak sudah ada sejak lahir. Dalam masa tumbuh kembang, jika anak mengalami kelebihan kalori (over calorie), maka sel lemaknya akan bertambah banyak. Pada 2 anak yang memiliki tinggi sama, anak yang berat badannya lebih berat akan memiliki jumlah sel lemak lebih banyak, sehingga akan mempertinggi risiko untuk menjadi overweight/obese saat dewasanya nanti. Sesudah masa tumbuh kembang anak berhenti, jumlah sel lemak cenderung tidak berubah. Jika terjadi kelebihan kalori (over calorie), sel lemak tidak bertambah jumlahnya, namun akan terjadi penambahan ukuran sel (sel lemak bertambah besar). Itulah sebabnya anak yang obese akan lebih mudah obese saat mereka dewasa.

Sumber: www.trueweight.in
Sumber: www.trueweight.in
Kenapa anak dapat menjadi over weight/obese? Over weight/obese pada orang dewasa, selain faktor makanan dan aktifitas fisik, faktor hormonal berperan penting. Pada anak faktor hormonal tidak terlalu berperan. Sehingga kasus overweight/obese pada anak, fokus penanganannya hanya 2:
  • Asupan energi (makanan dan minuman)
  • Keluaran energi (aktivitas fisik)

Saat terjadi kelebihan kalori, umumnya orang akan langsung menyalahkan faktor asupan energi (makanan dan minuman), tanpa memperhatikan faktor keluaran energi dari aktivitas fisik. Kesimpulan seperti ini yang mengakibatkan tingginya overweight/obese pada anak (seperti banyak kita lihat pada anak zaman now). Jika kita perhatikan, asupan makanan mereka tidak terlalu berbeda dengan anak anak zaman dahulu. Tetapi yang sangat berbeda adalah aktivitas fisiknya. Dulu anak-anak hidup secara aktif, terdapat sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan mereka. Kita telaah aktivitas mereka:

  1. Sekolah.
    • Dulu: Umumnya anak-anak sekolah pagi hari, dan setiap sore mereka akan memiliki waktu bermain selama 1-2 jam. Saat istirahat belajar anak-anak bermain berlarian. Pelajaran olahraga diisi dengan kegiatan olahraga permainan.
    • Now: Jam sekolah anak menjada sangat panjang, nyaris seharian, dari sekolah formal, aneka pelajaran tambahan dan bermacam kursus. Saat istirahat belajar anak cenderung beraktivitas sendiri, mungkin belajar, membaca atau menggunakan gadget-nya. Bahkan saat pelajaran olahraga fokus belajarnya lebih banyak ke arah teori keolahragaan.
  2. Bermain.
    • Dulu: Permainan sifatnya sosial dan aktif, seperti petak umpet, bola kasti, sepak bola jalanan, enggrang, benteng, lompat tali dll
    • Now: Anak bermain sendirian dan cenderung tidak aktif (hanya duduk), game komputer, internet, online game dll.
  3. Transportasi.
    • Dulu: Jalan kaki, sepeda, angkutan umum.
    • Now: Diantar (dari pintu sampai ke pintu lagi)
  4. Aktivitas rumah.
    • Dulu: Membantu membersihkan rumah, berkebun dll
    • Now: Belajar, TV, internet dll
  5. Waktu keluarga:
    • Dulu: Piknik outdoor (pantai, gunung dll), bersepeda, renang dll
    • Now: Mal, nonton dll

Apalagi ditambah pola makanan yang tidak baik, makanan yang memiliki glicemic index tinggi. Sehingga anak makan dengan kalori secara berlebihan namun cepat merasa lapar.

Sumber: https://www.apki.or.id
Sumber: https://www.apki.or.id
Jika hal ini tidak diwaspadai, walaupun kelebihan kalori sedikit, tapi karena terjadi terus menerus hal tersebut akan berakumulasi menjadi lemak yang banyak. Jika hal ini tidak diwaspadai (termasuk oleh pemerintah), maka dalam 10-20 tahun ke depan negara akan mengeluarkan dana yang sangat besar untuk mengatasi banyaknya penderita penyakit penyakit akibat kurang gerak (penyakit tidak menular: jantung, stroke, diabetes, hipertensi dll)

Kalau kita melihat negara lain, mereka sudah memulai gerakan hidup aktif. Amerika sudah mulai sejak 10 tahun lalu dengan gerakan exercise is medicine, Singapore tahun ini kampanya hidup aktif untuk mengurangi dampak penyakit diabetes, Indonesia masih malu-malu dengan kampanye germas (gerakan masyarakat sehat). Yang komponennya terlalu banyak sehingga kehilangan fokus apa yang ingin diubah di mayarakat. Kita tidak bisa mengubah banyak kebiasaan dalam satu waktu.

Apa yang sebaiknya kita sebagai orang tua biasakan?

  • Stop berpikir bahwa gemuk/montok itu sehat dan lucu.
  • Biasakan anak makan dengan pola dan jumlah yang cukup sesuai aktivitasnya, tidak berlebihan dan tidak makan sembarang waktu
  • Batasi waktu diam anak (di luar waktu tidur). Anak tidak boleh diam lebih dari 2 jam, harus ada aktivitas fisik 10 - 20 menit.
  • Perkenalkan anak dengan permainan yang menggunakan fisik.
  • Gunakan waktu rekreasi keluarga dengan rekreasi aktif seperti camping, hiking, jalan di pantai atau kebun raya, bersepeda bersama, berkebun bersama, masak bersama, dll. Sewaktu-waktu cobalah mengikutkan anak atau keluarga dalam festival atau kejuaraan olahraga. Misalnya ikut kid dash, funwalk, fun bike, futsal antar kelurahan, klub karate, klub berenang dll
  • Terus evaluasi kesehatan umum anak dengan memantau tumbuh kembangnya. Diantaranya yang dapat menjadi indikator
    Tinggi badan
    Berat badan
    Komposisi lemak
    Kekuatan otot

Berikut adalah nilai normal beberapa parameter tersebut.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun