Mohon tunggu...
Daniel AgungNugroho
Daniel AgungNugroho Mohon Tunggu... Musisi - Komposer kata

Instruktur drum,keyboard,dan vokal yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pendeta dan Kekayaan

10 Juni 2019   10:10 Diperbarui: 10 Juni 2019   10:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pendeta (dan pemuka agama) adalah sebuah panggilan yang diambil seseorang untuk menjadi penuntun umat yang sehingga tetap berjalan didalam jalan spiritual. 

Dan tugas penuntunan ini hanya bisa berfungsi secara normal jika pendeta dapat memiliki objektifitas mutlak yang notabene akan mempengaruhi bagaimana ia bertindak terhadap umat. 

Objektifitas mutlak ini akan membuat pendeta berani menegor umatnya jika memang umat itu bersalah tak peduli  berapa ratus juta rupiah/milyar dana bulanan yang masuk dari umat ini.

Namun seiring berjalannya waktu objektifitas ini mulai bnyak hilang di banyak  megachurch saat ini. Objektifitas ini menjadi hilang karena banyak pendeta yang takut kehilangan perpuluhan bulanannya yang sampai ratusan juta/miliaran rupiah itu. Banyak peraturan serta sistem gereja tumpul terhadap para jemaat yg super kaya ini.

Dan yang lebih parah adalah ketika para pendeta ini menikmati gaya hidup yang lux,memiliki super car pakaian smpai puluhan/ratusan juta rupiah. Dengan bergaya hidup mewah,para pendeta menunjukkan ketertaklukan akan ilusi kekayaan. 

Mengapa? Karena ia takluk akan ilusi nilai kemewahan dari sebuah barang yang seringkali ga ada hubungannya dengan fungsi pokok dari sebuah benda itu. Secara fungsi pokok mobil inova baru tidak ada bedanya dengan mobil lamborgini baru. 

Memang secara performa dua mobil ini jauh berbeda,tetapi jika kita lihat fungsi pokok mereka cuma 1(mengantar  dr satu tempat ke tempat lain dengan adem,ga kehujanan,lancr dan ga mogok). 

Orang membeli supercar dan barang mewah lainnya tidak lain dan tidak bukan adalah karena tujuan "dianggap lebih dari masyarakat kebanyakan".  

Tidak ada yang salah dengan jadi kaya sekali. Yang salah adalah ketika anda memutuskan jadi pendeta namun ingin kaya. Karena dengan menjadi kaya anda pasti mengikuti prinsip ekonomi. Dan prinsip ekonomi pada prinsipnya bertentangan dengan prinsip spiritualitas. Prinsip ekonomi yang paling pokok adalah mendapat untung yang sebesar2nya dengan usaha sekecil2nya. 

Sedangkan prinsip spiritualitas adalah melakukan kebenaran (kasih,kejujuran,dan keadilan) serta melatih lepas dari kemelekatan terhadap gratifikasi indrawi(harta,tahta,wanita) sesulit apapun kondisinya. Mari kita lihat analisa kalimat prinsip ekonomi ini. 

Kata "untung" dalam prinsip ekonomi ini adalah salah satu dari kenikmatan indrawi(harta,tahta,wanita). Harta adalah bagian yang dimaksud dalam kata untung ini. Maka otomatis upaya untuk tidak melekat  akan gugur sendiri dengan kata kata "untung sebanyak2nya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun