Mohon tunggu...
Dwi Rahmadj Setya Budi
Dwi Rahmadj Setya Budi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku Suara Rakyat, Suara Tuhan; Mengapa Gerakan Protes Sosial Sedunia Marak?

Jangan risih jika berbeda, tapi waspadalah jika semua terlihat sama.

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Diambang Resesi, Relevankah Strategi Dongkrak Investasi & Pariwisata?

26 Agustus 2020   19:43 Diperbarui: 26 Agustus 2020   19:45 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi situasi perekonomian di tengah hantaman pandemi Covid-19, Sumber: Radioidola

Selain investasi, dunia pariwisata sepertinya juga menjadi sektor yang ingin didorong pemerintah untuk lebih maksimal di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Hal tersebut tercermin dalam fokus jangka pendek 2021, Kementerian Parekraf terkait langsung dan bertanggung jawab pada dua area Prioritas Nasional dalam mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial yaitu PN1 untuk memperkuat ketahanan ekonomi berkualitas dan berkeadilan serta PN3, meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.

Dalam pelaksanaannya, berbagai langkah mulai dilakukan seperti reaktivasi pasar wisatawan (domestik & mancanegara), percepatan 5 destinasi super prioritas (Toba, Borobudur, Lombok, Labuan Bajo, Likupang) dan 5 DSP berikutnya (BTS, Wakatobi, Bangka Belitung, Raja Ampat, Morotai), pengembangan Benoa, penambahan flight seat hingga re-skilling, up-skilling, dan standarisasi kualitas destinasi wisata.

Selain itu, upaya pemerintah mendongkrak industri pariwisata juga terlihat dari upaya Presiden Jokowi mendorong realisasi penggabungan BUMN penerbangan dan pariwisata.

Namun sepuluh hari berselang, pasca Jokowi berpidato di depan Rapat Paripurna DPR RI, optimisme Jokowi tentang pertumbuhan ekonomi terkesan mengendor.

Presiden Jokowi terkesan "angkat tangan" dan memerintahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mencari cara agar pertumbuhan investasi Indonesia tidak terus anjlok pada kuartal III 2020. Diketahui, pertumbuhan investasi Indonesia pada kuartal II 2020 tergeret minus 8 persen.

Mampukah menteri Luhut menyelesaikan misi yang diberikan Jokowi di tengah iklim global yang juga ikut rontok akibat pandemi Covid-19? Tentu ini pekerjaan berat.

Kondisi global hari ini, berdasarkan laporan dari Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) bahwa proyeksi ekonomi dunia akan minus sampai minus 7,6 persen. Begitu juga halnya dengan sektor investasi. Pandemi memunculkan potensi credit crunch (kredit macet) dan turunnya credit rating.

Jadi pemulihan ekonomi global melalui pembiayaan dari jalur pariwisata dan investasi tampaknya sulit diwujudkan dalam waktu yang cepat karena kesulitan likuiditas global.

Apalagi kenaikan secara eksponensial angka Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat, di sisi lain kebijakan pegendalian Covid-19 juga terkesan mencla-mencle. Padahal dalam sektor pariwisata maupun investasi, faktor resiko sangat diperhitungkan.

Coba bayangkan, siapa yang akan datang maupun berinvestasi di daerah yang beresiko besar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun