Mohon tunggu...
Kristyawan novianto
Kristyawan novianto Mohon Tunggu... -

dokter lulusan FK UGM 2012 dokter internship Jawa Timur 2012-2013

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan Dokter Indonesia Vs Malaysia

30 Mei 2013   08:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:49 7148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1369883434383254227

[caption id="attachment_264434" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Dalam pemberitaan sering ditemui cerita-cerita tentang banyaknya masyarakat yang berobat ke negeri seberang. Dengan berbagai kondisi dan alasan, disana lebih murah, pelayanan lebih bagus, obat lebih sedikit, dsb. Tidak jarang juga terdapat berbagai cerita di Indonesia sudah didiagnosis dengan penyakit yang parah dan sulit disembuhkan, setelah periksa disana diberi beberapa obat dan sembuh. Efek sampingnya sering masyarakat Indonesia sendiri menyepelekan, ragu, hingga menghujat dokter Indonesia. Dokter lulusan Indonesia sering dipojokkan oleh media dan warga masyarakat Indonesia sendiri. Semoga cerita saya dibawah ini memberikan informasi kepada masyarakat, sehingga mereka tahu siapa kausa utama dari buruknya sistem kesehatan di Indonesia, yang seharusnya dituntut dan didorong untuk lebih maju, untuk berubah. 7 tahun yg lalu saya masuk ke fakultas kedokteran UGM. Di UGM terdapat 2 jalur pendidikan untuk sarjana kedokterannya, kelas reguler dan kelas internasional. Kelas internasional menggunakan pengantar bahasa Inggris dan mahasiswanya sebagian berasal dari luar negeri, mayoritas dari Malaysia. Meskipun selama kuliah kami berbeda kelas, namun saat masa pendidikan profesi atau koasistensi, kelas reguler dan kelas internasional dicampur. Pada masa koas inilah saya berkenalan dg beberapa sahabat dari Malaysia. Dan dari merekalah saya tahu gambaran besar pendidikan dokter di Malaysia. Negera Malaysia memiliki suatu program untuk mengirim mahasiswa-mahasiswa calon dokter untuk belajar di berbagai negara di seluruh dunia: Eropa, Amerika, daerah Rusia, dan Asia, termasuk ke Indonesia. Sebagian dibiayai negara, seperti beasiswa namun nantinya akan dibayar kembali saat sudah bekerja, dan sebagian lain dengan biaya sendiri bagi yang mampu. Hampir semua mahasiswa Malaysia masuk kelas internasional, namun ada juga yang masuk program reguler di UGM. Saya tidak pernah mendengar program semacam ini di Indonesia, entah saya yang tidak tahu atau memang tidak ada. Pemerintah Malaysia sangat memperhatikan mahasiswanya, salah satu buktinya adalah ketika terjadi letusan gunung merapi pada tahun 2010, awal saya koas. Kedutaan Malaysia segera memanggil semua mahasiswanya untuk diungsikan ke tempat yang aman. Padahal posisi UGM saat itu masih dinyatakan aman. Setelah menyelesaikan studi kedokterannya hingga mendapat gelar dokter, semua dokter baru dari berbagai penjuru dunia itu kembali ke negaranya di Malaysia. Sekembalinya di Malaysia, mereka tidak bisa langsung bekerja. Ada semacam kerja magang terlebih dahulu selama 2 tahun yang disebut housemanship, atau lebih dikenal dengan internship di Indonesia. Sebelum internship ini tidak ada ujian kompetensi terlebih dahulu, artinya pemerintah Malaysia mempercayakan kompetensi yg didapat dokter baru tersebut di universitas di negara tempat masing-masing dokter tersebut belajar. Penempatan internship tersebut diacak sehingga dalam 1 tempat bisa terdapat dokter-dokter baru yang telah menyelesaikan pendidikannya dari berbagai negara yang berbeda. Otomatis di tempat tersebut ilmu dari berbagai negara akan saling bertukar dan saling melengkapi. Internship di Malaysia sangat berbeda dengan internship di Indonesia, dari sistem pelaksanaan, pekerjaan yg dilakukan, waktu, dan bayaran. Saya coba jelaskan internship di Indonesia terlebih dahulu, berdasarkan pengalaman beberapa teman internship dari beberapa daerah di Indonesia. Di Indonesia internship berlangsung selama 1 tahun di daerah yang memiliki wahana yang telah terakreditasi untuk internship. Wahana adalah sebutan untuk tempat dokter internship bekerja, bisa rumah sakit, puskesmas, klinik, atau balai kesehatan. Setelah dokter baru lulus dari ukdi mereka harus mendaftar untuk mengikuti internship, sebagai syarat mendapatkan STR (Surat Tanda Registrasi). Satu tahun masa internship ini terbagi menjadi 3 bagian. Empat bulan di puskesmas dan 8 bulan di rumah sakit(poli dan UGD). Kurang lebih kami mengerjakan pekerjaan dokter umum, di bawah pengawasan dokter umum yang bertugas di tempat tersebut. Deskripsi pekerjaan secara detail tergantung dari wahana masing-masing daerah. Ada wahana yang menganggap kami sebagai pegawai baru yang harus dibimbing, namun tidak jarang ada daerah yang menganggap dokter internship sebagai bantuan gratis yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena itu tugas internship yang berbeda wahana dan daerah kadang berbeda jauh. Jam kerja juga bisa sangat berbeda antar daerah, antara 30-80 jam seminggu tergantung stase, wahana, dan daerahnya. Selama 1 tahun ini dokter internship di"gaji", atau lebih tepatnya disebut BHD(bantuan hidup dasar), sebesar 1,2 juta rupiah per bulan, dibayarkan tiap beberapa bulan sekali. Sama rata untuk semua internship dimanapun daerahnya, tanpa memandang UMP atau biaya hidup masing-masing daerah. Setelah internship selesai, dokter baru akan menerima STR dan baru bisa melanjutkan profesinya. Kelanjutan ini tergantung dari usaha individu masing-masing, mau PTT, menjadi dokter RS, dokter puskesmas, dokter perusahaan, melanjutkan sekolah spesialis atau yang lainnya. Di Malaysia, internship dilaksanakan lebih lama, pekerjaan relatif lebih berat, lebih terstruktur dan tentunya dengan bayaran lebih besar dan masa depan lebih terjamin daripada di Indonesia. Internship di Malaysia dilaksanakan selama 2 tahun, terbagi menjadi 6 bagian yakni orthopedi, pediatri, bedah, penyakit dalam, obsgyn, dan anestesi atau ugd. Masing-masing bagian dilewati dalam waktu 4 bulan. Jam kerja 60-80 jam per minggu dengan sistem shift dan on call(panggilan). Pekerjaan yang dilakukan semacam wawancara, memeriksa, mengambil darah, hingga tercapai diagnosis, selanjutnya memberikan terapi sesuai dengan spesialis atau residen yang berwenang. Kurang lebih pekerjaannya mirip dengan residen semester awal di Indonesia. Ya, dokter internship disana berada di bawah bimbingan residen dan spesialis ditiap bagiannya. Jika pekerjaan yang dilakukan di bagian tersebut baik dokter internship bisa langsung di"tarik" untuk mengambil sekolah spesialis di bagian tersebut. Setiap bulannya dokter internship di Malaysia digaji sekitar RM 4300, separo dari gaji dokter negara Singapura. Jika dirupiahkan kurang lebih sekitar 13juta rupiah, 10 kali lipat dari "gaji" dokter internship di Indonesia. Dengan biaya hidup setara kota besar di Indonesia, tentunya gaji tersebut lebih dari cukup untuk bertahan hidup tanpa memikirkan pekerjaan sampingan. Selepas intership dokter baru bisa memilih bekerja di bagian yang mereka sukai atau di puskesmas, tergantung kekosongan saat itu. Banyaknya pekerjaan medis dan bimbingan senior di Malaysia membuat dokter baru disana mempunyai kesempatan belajar lebih baik dan lebih banyak. Kesejahteraan yang dijamin oleh negara membuat dokter-dokter baru juga lebih fokus ke peningkatan kualitas dan kemampuan medisnya. Perbandingan yang saya buat diatas tidak bermaksud untuk menjelekkan atau tidak setuju dengan program internship di Indonesia. Saya berharap program-program internship dan program pendidikan kedokteran lain di Indonesia semakin baik, baik bagi dokternya baik pula untuk masyarakatnya. Semoga para pemegang kuasa bisa belajar dari tetangga sebelah, tidak hanya studi banding jauh-jauh ke benua lain. Dan masyarakat tahu, siapa yang harus didorong, diprotes, diingatkan supaya sistem pelayanan kesehatan di Indonesia lebih baik untuk masyarakat sekaligus kesejahteraan tenaga medis lebih terjamin. Mari bersama kita majukan Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun