Mohon tunggu...
Drian Bias
Drian Bias Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IPB University

Saya tertarik pada topik-topik perekonomian makro dan juga lingkungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Keuangan pada Keluarga Nelayan

24 November 2022   10:37 Diperbarui: 24 November 2022   10:51 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumberdaya Keluarga

Dosen:

Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS

Ir. MD. Djamaludin, M.Sc

I Dewa Gede Bagus Biantara1, Dzakwan Taufiqqurrahman2, Methania Banuareah3, Hansel Humaidi Idham4, Rayhan Nur Muhammad5   

Dalam suatu Manajemen sumber daya keluarga perlu adanya manajemen keuangan. Manajemen keuangan keluarga merupakan  cara untuk mengatur atau mengelola keuangan suatu keluarga dengan teratur dan cermat. Melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan / penilaian. Melalui manajemen keuangan, suatu keluarga akan belajar cara mengambil keputusan berdasarkan skala prioritas sesuai kondisi masing-masing keluarga. Pengetahuan dan keterampilan manajemen keuangan penting dimiliki karena setiap keluarga memiliki kemampuan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan material (jasmani) maupun non material (rohani). Kemampuan tersebut sangat tergantung pada sumber pendapatan serta kesungguhan keluarga dalam mencapainya. Tanpa pengetahuan tentang manajemen keuangan, khususnya perencanaan keuangan, maka ekonomi suatu keluarga akan berantakan. Oleh karena itu Manajemen keuangan keluarga perlu dilakukan oleh keluarga manapun baik dari keluarga yang baru menikah, keluarga dengan anak balita, keluarga dengan pekerjaan harian, keluarga dengan pekerjaan petani, bahkan dengan keluarga dengan pekerjaan nelayan.

Keluarga nelayan sebagian besar masih menggunakan teknologi sederhana dan skala kecil dalam menangkap ikan. Selain itu, dalam sistem permodalannya nelayan sangat sedikit mangakses di lembaga perbankan dan non-bank (0-5.5%). Berdasarkan data yang dihimpun dalam BPS (2013) mengatakan bahwa sekitar 23.79% rumah tangga nelayan merupakan yang tergolong miskin dan dengan tingkat kesejahteraan yang kurang dari 10%.

Rutinitas mata pencaharian nelayan di Indonesia adalah pergi berlayar dan hal ini membuat kondisi mereka tergantung dari cuaca dan musim ketika mencari ikan, sehingga pada musim badai mereka akan kehilangan penghasilan utamanya. Dampak yang mereka alami ketika musim tidak mendukung, di antaranya seperti kondisi keuangan yang kacau ditambah lagi keluarga nelayan yang tidak memiliki tabungan, meringkas pengeluaran lainnya agar dapat survive dalam pemenuhan kebutuhan pokok, dan dapat menimbulkan hutang. Selain itu, beragam shock yang cukup memberikan dampak bagi penghidupan mereka, seperti kondisi pandemi saat ini, daya beli yang menurun, mengakibatkan harga jual ikan sedikit menurun dan berimbas kepada daya saing yang kurang. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah keuangan keluarga nelayan, diperlukan sistem manajemen keuangan yang baik.

Pengetahuan manajemen keuangan keluarga tidak memandang besar atau kecilnya pendapatan suatu keluarga atau tingkat pendidikan seseorang. Begitu juga dengan nelayan. Tidak melihat tingkat pendidikan atau pendapatan yang tidak menentu dan juga jarak yang cukup jauh dengan kota, keluarga nelayan juga harus mampu memahami dan melakukan pengelolaan keuangan yang baik. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Purno salah satu nelayan dalam sesi wawancara yang mengatakan bahwa ia kurang paham akan manajemen keuangan. Ia mengatakan bahwa setelah melaut dan menjualkan ikannya, uang yang ia dapatkan ia serahkan kepada istrinya. Istri Pak Purno mengaku bahwa ia mengetahui sedikit akan manajemen keuangan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya dalam suatu keluarga nelayan belum memiliki pengetahuan manajemen keuangan yang baik. Pada penelitian yang dilakukan Ismayanti (2018), menunjukkan bahwa pemahaman manajemen keuangan dalam keluarga nelayan di Pasar Terandam Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah masih sangat sederhana khususnya ibu rumah tangga sedangkan kaum bapak sama sekali tidak mengetahui konsep manajemen. Hal ini disebabkan oleh kaum bapak yang beranggapan bahwa mereka hanya memikirkan bagaimana mendapatkan uang sedangkan mengelola uang merupakan tugas istri mereka. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Johan et al. (2013) di Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat menunjukkan rata-rata skor hasil evaluasi manajemen keuangan keluarga nelayan dalam kategori sedang masih di bawah 50 persen yaitu 44,02% sehingga dapat dikatakan belum memiliki kemampuan manajemen keuangan yang baik.

Dimensi manajemen keuangan dalam keluarga nelayan terbilang rendah, hal ini terefleksikan oleh tidak adanya tujuan keuangan secara jelas, alur kas keluarga tidak terdata baik dari sisi pendapatan dan juga pengeluaran. Hal ini sejalan dengan yang dianalisis oleh Simanjuntak (2010) dan Fuaida (2007) yang menyebutkan bahwa keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin tidak memanajemen keuangannya dengan baik, hal ini didasari dengan pendapatan yang diperoleh terbilang tidak teratur dan minim, sehingga pengelolaan sumber daya uang menjadi kurang. Keluarga miskin melakukan pengelolaan keuangan berdasarkan rutinitas dan pengalaman tanpa didasari atas catatan tertulis berisikan hal-hal yang direncanakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun