Mohon tunggu...
drHendry GunawanSpN
drHendry GunawanSpN Mohon Tunggu... Dokter - Dokter spesialis saraf

Bekerja di Cirebon

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Teknologi Virtual Reality untuk Mengurangi Nyeri dan Rasa Takut Divaksinasi Covid-19

4 Juli 2021   10:00 Diperbarui: 4 Juli 2021   10:24 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Google Play Store/PainCoVR

PAINCoVR : INOVASI TEKNOLOGI TERBARU VIRTUAL REALITY UNTUK MENGURANGI RASA TAKUT JARUM SUNTIK DIVAKSINASI COVID-19

Pada bulan Desember 2019, telah muncul suatu pandemi yang berasal dari Wuhan, China yang dikenal sebagai Covid-19. Virus Covid-19 menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus pada tanggal 2 Maret 2020. Sementara itu, WHO mengumumkan bahwa Covid-19 merupakan pandemi global pada 11 Maret 2020. 

Sejak diumumkannya kasus konfirmasi pertama pada Maret 2020, dalam rentang waktu satu bulan, seluruh provinsi telah melaporkan kasus konfirmasi. Untuk menghentikan rantai penyebaran penyakit, dilakukan upaya vaksinasi. I

ndonesia memulai program vaksinasi pada tanggal 13 Januari 2021. Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.

Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi COVID-19 hampir sama dengan vaksin yang lain. Beberapa gejala tersebut antara lain yaitu reaksi lokal (nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan, reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis), reaksi sistemik (demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),  nyeri sendi (atralgia), badan lemah,  sakit kepala) , reaksi lain (reaksi alergi misalnya urtikaria, oedem, reaksi anafilaksis, syncope (pingsan).

Nyeri pada saat vaksinasi merupakan permasalahan yang sering dialami oleh individu dari segala usia dan penyedia vaksinasi. Jika permasalahan nyeri dan kecemasan pada saat vaksinasi ini tidak diatasi, maka akan timbul ketakutan dan phobia terhadap prosedur medis dan perilaku menghindar dari vaksinasi. Diperkirakan 25% orang dewasa takut terhadap jarum dan 10% mengalami needle phobia. 

American Psychiatric Association's Diagnostics and Statistical Manual of Health Disorders menyebut fobia jarum suntik dengan DSM-5, yang disebut dengan trypanophobia. Trypanophobia adalah ketakutan spesifik terhadap darah, suntikan atau cedera. Dalam studi metanalitik tahun 2018, yang diterbitkan dalam Journal of Advanced Nursing, menunjukkan bahwa ada jutaan orang yang memiliki ketakutan atau fobia pada jarum suntik. 

Individu yang memiliki ketakutan pada jarum suntik biasanya akan menunjukkan reaksi kecemasan ringan sampai berat. Reaksi berlebihan orang yang takut jarum suntik yang ditunjukkan seperti sesak napas, pingsan, hingga tidak bisa berpikir.

Menurut Dr Jeffrey Geller, presiden American Psychiatric Association dan profesor psikiatri di University of Massachusetts Medical School mengatakan sekitar 30 persen orang dewasa akan mengalami gangguan kecemasan terhadap jarum suntik dalam hidup mereka. 

Antara 7 persen dan 9 persen orang di antaranya, memiliki fobia spesifik, seperti gangguan kecemasan atau takut jarum suntik, yang sedikitnya dialami seperempat orang dewasa. Menurut CDC Amerika Serikat, sekitar 7 persen orang dewasa menghindari imunisasi karena takut disuntik. 

Dalam studi yang dipublikasikan dalam Journal of Advanced Nursing, menyebut bahwa ketakutan terhadap jarum suntik diperkirakan terjadi pada 20-50 persen remaja. Sedangkan pada orang dewasa muda, fobia jarum suntik ini dialami pada sekitar 20-30 persen. Bahkan sebelum pandemi Covid-19, rasa takut jarum suntik sudah memberikan dampak yang serius. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun