Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Warga Matland Tambun Menolak TPA Di Wilayahnya (Bupati Bekasi Sidak)

26 Mei 2022   05:29 Diperbarui: 29 Mei 2022   13:55 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi

Solusi dilema penampungan sampah di Perumahan Matland Telaga Murni, Cibitung, mendapat perhatian pemerintah Kabupaten, Bekasi. Walau sesungguhnya kerjasama sekolah pengelola perumahan  dengan sekolah konon terus di bangun. Contoh yang sudah berjalan diantaranya perijinan pemasangan plang nama sekolah, pembangunan akses jalan utama, kontrol dari security perumahan, dll.


Jika hari ini, PLT Bupati Bekasi akan mengunjungi tempat pembuangan sementara yang berada di belakang SMA2 Cikarang Barat/SMA Gubuk apung. Adalah sebuah bukti perhatian pemerintah daerah terhadap keluhan warga sekolah dan masyarakat. Yang sesungguhnya hal ini sangat kami tunggu. Maklum sekolah baru ada perubahan kepemimpinan. Jadi baru merangkak.

Sesungguhnya kerjasama pengelolaan dampak lingkungan dari adanya sebuah proyek sampah itu, harus duduk bersama antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat terdampak. Sebuah solusi, bisa diambil dengan simbiosis mutualisma.

Pada intinya sekolah merasa senang dengan adanya kerjasama Pengelola Perumahan selama ini. Hanya ada sedikit keberatan dengan adanya pembuangan sampah di sekitar sekolah yang kurang terintegrasi. Walau pembuangan sampah itu, sipatnya sementara. Namun dirasakan semakin hari semakin berkembang dan masalahnya sangat kompleks. Walau masih terkendali dengan mudahnya koordinasi bersama. Kerumitan itu terutama jumlah orang yang hadir di pembuangan sampah terus meningkat tidak ada data nama orang resmi yang diketahui pengelola sekolah yang di legalisasi pengelola.

Menimang lokasi pembuangan sampah & puing di belakang sekolahan SMA2 Cikarang Barat/Sekolah Gubuk Apung. Walau  itu bersipat sementara tapi  kadang mengganggu pembelajaran/PBM (Proses Belajar Mengajar)

Diduga aktifitas mereka ada sedikit manfaat yang bisa diperoleh seperti meminta puing-puing sisa bangunan, namun belum di garap bersama (Sekolah harus bayar ke pemilik kendaraan yang menurunkan material itu). Dan tampaknya terlalu banyak ruginya ketimbang manfaatnya.


Bagaimana cara mengubah kerugian jadi keuntungan, mengubah kondisi jadi kondusif. Agar mengubah musibah dampak sampah jadi anugerah?   Dibawah ini kami mencoba  merincinya. Keadaan yang layak dipertimbangkan:

1).Membuka lapangan pekerjaan bagi pemulung & pekerja. Dengan koordinasi yang baik. Sesungguhnya sekolah bisa jadi arena pelatihan budidaya.

2). Tempat lokasi penampungan sampah yang sangat ramai /tidak sepi. Bisa jadi tempat transaksi ekonomi, pendidikan, dan kuliner yang menyehatkan pekerja. Kerjasama dinas kesehatan, sekolah & karyawan.

3). Stop eskalasi peningkatan aktipitas kegiatan yang diduga terus meningkat, segara hidupkan pemulihan suasana. Kenyataannya pendatang baru cenderung tidak toleran. Minta puing untuk ngurug saja sekolah harus bayar.

4). Banyaknya orang baru (tidak di kenal) yang datang di lokasi itu, tidak peduli lingkungan, sangat rawan bagi keamanan sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun