Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sangkuriang di Gubuk Apung

11 Januari 2022   01:29 Diperbarui: 11 Januari 2022   14:03 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahan atap untuk gubuk apung (foto koleksi)

Kisah legenda Sangkuring sering di identikan dengan pekerjaan yang dituntaskan hanya dalam waktu semalam. Walau dalam kisah itu pekerjaannya digagalkan oleh kesaktian dari Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi adalah sosok wanita cantik yang jadi rebutan antar para pangeran kerajaan lintas kerajaan karena kecantikannya.

Sumbi mengungsikan diri ke hutan, untuk menghindari perkelahian diantara para pangeran lintas kerajaan yang memperebutkannya. Tentu saja mengisolasi Dayang Sumbi dengan pengawalan. Dari kerajaan mengirimkan pengawal berupa sisok lelaki gagah perkasa pilihan sang Raja.

Terlalu lama tinggal dihutan Dayang Sumbi tak bisa menahan diri dari kebutuhan  hasrat kewanitaannya, hingga jatuh pada pelukan sang pengawalnya bernama Si Tumang. Pengawal itu, kemudian menuai amarah Raja. Sehingga diidentikan dengan perilaku hewan yang menjijikan.

Dayang Sumbi, sesungguhnya bayi perempuan cantik yang lahir di sebuah hutan, tanpa seorang ayah. Karena sang ibu saat itu hamil akibat meminum air di atas daun. Air di atas daun itu adalah air seni Raja yang kebelet, saat berburu. (Konon adalah kiasan untuk menyelamatkan nama baik kerajaan)

Bayi tersebut lahir dari seorang Ibu Cantik yang diperumpamakan laksana seekor babi hutan (karena kutukan).Konon karena amarah kerajaan, sang dewi bernama Celeng Wayung Hyang yang dikutuk hingga berwujud hewan seperti itu.

Saat ke hausan, wanita cantik itu (babi betina) tidak sengaja meminum air seni Raja Sungging Purbakara, di tengah hutan belantara. Karena kesalahannya itulah kelak keluarga kerajaan mengutuknya dengan mengidentikannya laksana babi hutan seperti di uraikan di atas.

Karena , babi hutan itu akhirnya mengandung dan melahirkan bayi perempuan. Dan lahir tanpa mengenal ayahnya sendiri. Tapai Raja Sungging Purbarkara pun akhirnya mengakui bahwa  bayi cantik itu adalah anaknya.Bukti pengakuan itu, dengan menamai bayi perempuan itu dengan nama Dayang Sumbi atau Rarasati.

Karena keturunan dari ibunya yang jelita, menitis ke bayi perempuannya. Bahkan lebih cantik dibanding ibunya saat belia. Akibat kecantikan Dayang Sumbi, banyak  para pangeran yang berperang untuk mendapatkan cinta dari wanita ini.

Untuk menghindari peperangan, maka Dayang Sumbi pun memilih manut pada titah raja untuk mengasingkan diri ke sebuah bukit. Tentu dengan pengawalan ketat dari prajurit pilihan kerajaan.

Prajurit pilihan kerajaan itu di akhir kisah, dianggap lancang. Karena mencintai orang yang dikawalnya.  Hingga dikutuk dengan menyetarakannya dengan
seekor anjing jantan. Anjing yang semula kepercayaan kerajaan itu bernama Tumang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun