Mohon tunggu...
dr Eka Fitria
dr Eka Fitria Mohon Tunggu... Dokter - Bekerja di Balai Litbangkes Aceh, ummi 2 anak, gemar berkebun, fotografi, jalan-jalan, bersepeda, kuliner, memasak, nonton, dan menulis.

Bekerja di Balai Litbangkes Aceh, ummi 2 anak, gemar berkebun, fotografi, jalan-jalan, bersepeda, kuliner, memasak, nonton, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memasak, antara "Passion" dan Bagian dari Peran Perempuan

5 Maret 2019   17:46 Diperbarui: 10 Maret 2019   10:13 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu rumahan yang sudah tersaji di meja makan (dokumen pribadi)

Peran seorang istri sekaligus ibu sangatlah besar di dalam rumah tangga. Seorang istri/ibu dituntut mampu melakukan banyak hal untuk melayani kebutuhan semua anggota keluarganya. 

Dia bisa menjadi wanita super yang mampu melakukan banyak hal seperti mendidik, mengasuh, malayani suami, manajer dalam keluarga, memasak, manata rumah, dan banyak pekerjaan lain yang mampu dilakoninya. 

Ibu adalah koki andalan bagi anak-anaknya. Dari tangannya, terlahirlah masakan-masakan yang lezat yang dibuatnya dengan segenap cinta untuk keluarganya. Memang tidak harus menjadi koki hebat, dan mungkin masakannya tidak seenak diluar sana, akan tetapi setidaknya kita mampu untuk memasak untuk menyajikan makanan terbaik untuk keluarga sehingga membuat suami dan anak-anak merasa bahagia sehingga kita dapat menjadi idola di hati mereka. 

Dulu, saat rasa jenuh datang, saya terpikir untuk membeli saja makanan di warung atau menyewa rantangan. Namun suami ternyata keberatan. Katanya, apakah makanan yang dibeli sudah cukup terjamin kebersihannya, kesehatannya, penggunaan bahan tambahan didalamnya, minyak goreng yang digunakan, dan sebagainya. 

Meskipun demikian bukan berarti kami anti terhadap makanan diluar, kami juga sesekali menghabiskan waktu untuk makan diluar bersama keluarga atau membeli makanan di warung dan makan bersama dirumah. 

Namun, untuk makanan yang memang menjadi kebutuhan pokok sehari-hari yang harus kita konsumsi alangkah lebih baik jika saya dapat memasak dan menyajikannya untuk keluarga tercinta. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Saya terngiang-ngiang dengan perkataan mamak (panggilan untuk wanita yang telah melahirkan saya)" setinggi apapun nanti kamu sekolah, kamu harus bisa memasak untuk membahagiakan suami dan anak-anakmu". 

Sudah menjadi tradisi di desa, setiap wanita harus bisa memasak dan dirumah kami sangat langka kita jumpai makanan/nasi bungkus yang dibeli dari luar, kecuali hanya sesekali saja. Jadi saya memang dituntut untuk bisa memasak sejak dulu dan mamak rajin mengajari saya bagaimana cara memotong/membersihin ikan, menggiling bumbu dengan gilingan batu pada masa itu, dan memasak (menanak nasi, menumis, menggoreng, membakar ikan). 

Saat saya melanjutkan sekolah menengah atas di ibukota propinsi, saya juga dibekali olehnya peralatan tempur untuk memasak. Jadi saat saya indekos, saya sudah tidak canggung lagi dalam hal memasak. Setelah berkeluarga kebiasaan masak itu tetap berlanjut dan bahkan semakin kesini saya semakin bersemangat memasak untuk keluarga. 

Apalagi melihat bagaimana kesungguhan dan rajinnya ibu mertua dalam memasak untuk membahagiakan keluarganya. Termasuk dalam hal menyetok ikan di freezer yang saya pelajari dari beliau karena kami wanita pekerja agar tidak kelabakan esok harinya ketika memasak.

Batu giling bumbu dan peralatan memasak jaman dulu (dokumen pribadi)
Batu giling bumbu dan peralatan memasak jaman dulu (dokumen pribadi)
Merupakan suatu kebahagiaan tersendiri tiap weekend berburu ikan dan menyetok ikan dalam freezer untuk seminggu kedepan. Malam hari baru berfikir mau diolah apa besok ikan-ikan ini ya? Urusan dapur memang menjadi prioritas dalam rumah tangga, karena ketika anggota keluarga dapat menikmati hasil masakan kita maka hati juga akan bahagia.

Stok ikan untuk satu minggu (dokumen pribadi)
Stok ikan untuk satu minggu (dokumen pribadi)
Sejak dulu saya sangat tertarik dengan ikan tumis khas Aceh atau biasa disebut dengan eungkot teucrah. Ikan tongkol, sisek, ame-ame atau tuna adalah jenis ikan yang sangat sering dimasak teucrah. 

Menurut subjektifnya saya, setelah saya perhatikan selama bertahun-tahun tidak semua orang mampu menghasilkan masakan eungkot teucrah ini dengan cita rasa dan aroma yang khas dan menggugah selera. 

Dulu almarhumah nenek saya memasak masakan ini menggunakan kayu bakar dan kami sungguh sangat menikmatinya. Sampai-sampai saya dan adik perempuan saya sering bilang ke mamak jika masakan eungkot teucrah  mamak tidak sama dengan buatan nenek. Bagi kami, nenek adalah sosok koki handal, termasuk eeungkot teucrah  buatannya yang sangat kami idolakan. Memang tidak dipungkiri jika kami berkunjung kerumah nenek yang kami cari adalah masakan ini selain ikan sambaladonya yang tidak kalah nikmat.

Eungkot teucrah (dokumen pribadi)
Eungkot teucrah (dokumen pribadi)
Eungkot teucrah dimasak dalam belanga tanah (dokumen pribadi)
Eungkot teucrah dimasak dalam belanga tanah (dokumen pribadi)
Saya terus mengasah kemampuan saya dalam memasak, apalagi menu ungkot teucrah  sekarang menjadi kegemaran suami dan anak dirumah. Meskipun saya rasakan cita rasa masakannya belum sama persis seperti buatan nenek dulu. 

Saya juga banyak belajar menu-menu masakan baru khas Aceh Besar dari ibu mertua dan coba saya praktekkan seperti masak "kuah beulangong, sie reuboh, sie teuom, sie cuka, keumamah, paweuh eungkot krueng, manok masam keueung, eungkot masam keueung" dan lainnya. Namun semua butuh proses, berkali-kali mengalami kegagalan semoga tidak membuat saya jemu untuk terus mencoba.

Manok masam keueung khas Aceh Besar (dokumen pribadi)
Manok masam keueung khas Aceh Besar (dokumen pribadi)
Kemamah khas Aceh Besar (dokumen pribadi)
Kemamah khas Aceh Besar (dokumen pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun