Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apakah Fenomena Menyontek akan Abadi?

9 Januari 2023   22:42 Diperbarui: 13 Januari 2023   09:29 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi viral sejumlah siswa mengenakan topi anti-menyontek selama ujian perguruan tinggi di Filipina. Foto: Twitter/FAUZA4IR via Kompas.com

Makalah tersebut merupakan hasil studi kepustakaan, berisi analisis penelitian dari lintas era ( tahun ke tahun), yang berkaitan dengan latar belakang penyebab perilaku menyontek.

Hampir semua penelitian yang dianalisis oleh Ann Bushway dan William R itu menyatakan bahwa tekanan untuk mendapatkan nilai yang tinggi, atau tekanan secara administratif baik dari instansi pendidikan, guru atau orang tua,  menyebabkan banyak siswa menyontek.  

Alat anti menyontek di Thailand (Sumber: Kompas.com)
Alat anti menyontek di Thailand (Sumber: Kompas.com)

Misalnya, penelitian di tahun 1965 yang dilakukan Cornehlsen terhadap 200 siswa sekolah menengah atas ( SMA), yang melaporkan bahwa 33% siswa perempuan dan 55% siswa laki-laki merasa harus menyontek ketika kesuksesan atau "keberhasilan hidup" mereka terancam.

Kebiasaan curang dalam ujian itu rupanya sudah terjadi sejak usia dini. Dalam penelitian terkait di tahun 1969,  melaporkan data sekitar 24% anak perempuan dan 20% anak laki-laki mengakui bahwa mereka mulai menyontek sejak kelas satu SD. 

Selain itu, 17% anak perempuan dan 15% anak laki-laki mulai di kelas delapan (SMP), dan 13% anak perempuan dan 9% anak laki-laki mulai menyontek sejak duduk di kelas tujuh ( SMP). Bahkan tercatat pula sekitar 40% kecurangan dalam ujian terjadi di kalangan mahasiswa pascasarjana.

Kecurangan menjadi solusi atas nama keberhasilan

Saya tidak tahu apakah hal serupa juga terjadi di Indonesia. Jika fenomena menyontek ini adalah habbit atau kebiasaan sejak kecil ini, lantas bagaimana solusi mengatasi perilaku curang terhadap siswa yang sudah dewasa?

Terkait semua penyebab tadi, strategi untuk mengatasi kecurangan atau perilaku menyontek sudah dilakukan. Sebagaimana yang dikutip Ann Bushway dan William R. Nash dari penelitian tahun 1970, bahwa lima strategi pengondisian telah dilakukan.

Kondisi pertama, membangun kondisi "kontrol" dengan memberi instruksi ujian secara langsung di kelas.  

Kondisi kedua, sosialisasi atau pemberitahuan untuk menghargai nilai kejujuran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun