Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Mengenal Sang Pemersatu Makna: 3 Tipe Konjungsi Bahasa Indonesia

14 September 2021   08:25 Diperbarui: 14 September 2021   17:36 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti mak comblang yang dapat mempersatukan orang dari dua pihak berbeda, dalam penulisan juga terdapat unsur bahasa yang menjadi pemersatu. Unsur tersebut yaitu konjungsi. 

Konjungsi dapat dipahami sebagai unsur yang menjadi penghubung makna dalam satuan bahasa. Berkat konjungsi, makna antara kata, antara kalimat, bahkan paragraf dalam teks, dapat terjalin satu sama lain secara efektif.

Topik mengenai konjungsi selalu muncul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah maupun di universitas. Konjungsi selalu menjadi pembahasan dalam materi unsur kebahasaan sebuah teks. Hal itu menandakan begitu pentingnya konjungsi dalam sebuah tulisan. 

Konjungsi kerap kali disebut dengan istilah kata sambung atau pun kata penghubung. Walau demikian, konjungsi bukan hanya sekadar berbentuk kata, namun ada pula yang berupa frasa (gabungan kata). 

Secara garis besar, terdapat tiga jenis konjungsi yang dapat diketahaui. Ahli linguistik memetakannya ke dalam 3 jenis yakni koordinatif, subordinatif, dan korelatif. Setiap jenis tersebut memiliki ciri atau keunikan masing-masing yang berpengaruh terhadap makna kalimat.

Konjungsi Koordinatif: Mempersatukan tanpa mengikat

Pada ragam bahasa Indonesia, konjungsi koordinatif yang sering digunakan misalnya kata dan, atau, dan tetapi. Konjungsi koordinatif itu berfungsi menghubungkan dua bangunan makna tanpa mengikatnya. Artinya dua bangunan makna tersebut dapat bertukar posisi tanpa membuat makna menjadi rancu.

Sebagai contoh kalimat: "Maskapai Brasil Wajib Biayai Kosmetik Pramugari dan Staf Bandara". Kata konjungsi "dan" tidak mengikat bangunan makna sebelum dan sesudahnya. Konjungsi "dan" mengikat posisinya sendiri sehingga tidak dapat berpindah ke awal atau pun akhir kalimat.

Misalnya jika kalimat tadi diubah menjadi: "Maskapai Brasil Wajib Biayai Staf Bandar dan Kosmetik Pramugari." Makna kalimat tersebut tetap dan tak berubah. Namun jika konjungsi "dan" berpindah, kalimat jadi kehilangan konfigurasi makna. Misalnya: "Dan Maskapai Brasil Wajib Biayai Kosmetik Pramugari staf bandara."

Keterikatannya dengan posisi itu yang menjadi ciri khas tipe konjungsi koordinatif. Seperti pada contoh kalimat: "Jokowi tolak tiga periode atau tambah masa jabatan Presiden". Terdapat dua bangunan inti kalimat pada kutipan tersebut yakni:

  • Jokowi tolak tiga periode.
  • Tambah masa jabatan presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun