Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memaknai Guru dalam Lima Versi

7 Juli 2021   13:08 Diperbarui: 7 Juli 2021   13:11 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay / martaposemuckel

Guru Versi 4 (konstruktivisme):  Membangun konteks, berpusat pada aktivitas siswa dan menemani siswa memaknai pembelajaran.

Guru versi 4 adalah guru yang memegang paradigma konstruktivisme dalam belajar. Guru versi ini menekankan pentingnya kehendak bebas siswa dan pengaruh interaksi sosial siswa dalam proses belajar.  Guru versi 4  memandang bahwa pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif. 

Kita sebagai guru versi 4  akan menekankan terbangunnya pengetahuan baru bagi siswa, ketimbang sekadar mendorong kegiatan menghafal atau transfer knowledge yang sudah ada. Kita juga memandang bahwa belajar adalah ketika siswa dapat mengasimilasi informasi, menghubungkannya dengan pengetahuan internalnya yang ada, dan memprosesnya secara kognitif.  Artinya, guru versi ini juga mengutamakan kognitif, hanya saja ada sejumlah hal yang membedakannya dengan guru versi 3. 

Guru versi  4 akan memantik siswa  untuk dapat mengonstruksi pengetahuan dari mata pelajaran ke dalam makna yang baru. Berbeda dengan versi kognitivisme yang terpaku pada konsep berpikir umum yang berlaku untuk semua manusia/siswa. Selain itu, peranan guru adalah membangun konteks atau menyediakan  lingkungan  yang  dapat menstimulasi  dan  mendukung  siswa dalam proses belajar.

Konsekuensi dasar yang dimaklumi oleh kita sebagai guru versi 4 adalah bahwa setiap siswa itu unik. Sebab,  kita menyadari bahwa realitas (kenyataan) itu dinamis.  Oleh karena itu, interaksi pengalaman siswa yang berbeda akan menghasilkan pengalaman berpikir yang berbeda pula.

Bagi guru versi konstruktivisme ini, hasil pembelajaran siswa tidak dapat terprediksi seratus persen atau terbatasi pada satu kenyataan saja. Dengan demikian guru versi 4 tidak akan tega sekedar mencekoki siswa dengan definisi-definisi konsep tertentu dalam pelajarannya. Guru versi 4  cenderung memberi penekanan kuat pada aktivitas siswa dalam mengembangkan makna pribadi melalui refleksi misalnya seperti mengadakan presentasi kelompok, forum diskusi, kerja kelompok dan menjalankan proyek.  

Guru Versi 5( Konektivisme) :  Menghubungankan pembelajaran dengan jaringan sosial, dunia digital, serta ilmu pengetahuan baru. 

Versi selanjutnya ini  dapat dikatakan sebagai versi terbaru. Guru versi 5 adalah guru dengan paradigma belajar konektivisme.  Guru versi 5 ini menekankan keterhubungan siswa secara kolektif antara semua 'titik' informasi jaringan sosial (internet). Guru versi 5 akan cenderung memandang bahwa jaringan internet telah mengubah sifat esensial dari ilmu pengetahuan.

Guru versi 5 ini setidaknya mengenal gagasan Siemens tentang kecenderungan pembelajar (siswa) yang bergeser. Menurutnya, kini siswa cenderung multitasking dan menjadi pembelajar tentang banyak hal melalui banyak ruang. Era digital saat ini adalah momen tepat bagi guru versi 5 mengeksplorasi dirinya.

Guru versi 5 akan menyadari bahwa belajar dapat terjadi melalui berbagai cara seperti kursus informal, tutorial, atau pembelajaran daring.  Pendidikan formal tidak lagi dipandang sebagai wahana belajar satu-satunya. Oleh karena itu, guru versi 5 memiliki karakteristik yang cenderung menekankan kolaborasi dan koneksi kolektif antara semua komponen jaringan, dalam rangka mendorong siswa untuk mengalami pengetahuan baru.

Ada perbedaan mendasar antara guru versi 5 ini dengan versi sebelumnya ( konstruktivisme). Peran guru versi 5 pada pembelajaran masih cenderung kabur. Bagi guru versi 5, penguasan siswa terhadap pengetahuan (content) tidak lagi menjadi keutamaan, sehingga membangunan makna pembelajaran tidak sepenuhnya ada di tangan guru.  Oleh karen itu, guru versi ini cenderung mengutamakakan penguasaan siswa terhadap keterhubungan antara ide/konsep belajar dengan bidang sosialnya, serta keterlibatan langsung siswa di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun