Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Proposal Kebahagiaan Abadi

31 Maret 2021   19:34 Diperbarui: 31 Maret 2021   19:49 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: @anniespratt ( https://unsplash.com/photos/BrfCiLC7Grc)

    Nuansa musik tradisional itu begitu riang dirasakan Qonia. Dengan gawai, Qonia menangkap keriuhan di sekitarnya. Anak-anak, remaja, bapak-bapak, ibu-ibu, warga sekitar berkumpul membentuk semacam persegi panjang memenuhi tiap sisi lapangan warga itu. Suasana yang baru bagi Qonia.

    Melalui sela-sela kepala kerumunan, Qonia menyoroti penari berbusana serba hijau asyik mengendarai kuda-kudaan dua dimensi. Terdengar kencrang-kencring muncul dari setiap gerak penari tanpa alas kaki itu.  

Aplikasi kamera pun dilenyapkan. Qonia mulai mencatat keperluan tulisan untuk majalah kampusnya. Qonia begitu antusias, tapi entah kepada apa. Ini memang pertama kalinya Qonia liputan keluar universitas, sebab pemred LPM kampus sudah mempercayainya. Dan ini juga momen pertama kali Qonia jalan berdua dengan Marsul. Sungguh baik Marsul, mau menemani Qonia menyelesaikan tugas liputan. Tapi Qonia jadi heran, mengapa wajah Marsul terus muncul dalam kepalanya?

   "Nia, kenalkan!" Marsul tiba di sebalah kiri panggung bersama wanita yang telah dijanjikan. Qonia lantas bersalaman sebagaimana menjumpai ibunya sendiri. Wanita ini harum sekali, pikir Qonia. Setelah menyisikan dua kursi plastik, Marsul undur diri ke belakang sana, mengambil jarak dengan mereka.

    " Komunitas ebeg ini latihan rutin di kemayoran Mbak. Kalau ini kami diundang oleh bos pabrik." Qonia telah menodongkan gawai. Bunyi iringan musik tarian itu pun ikut terekam bersama suara wanita wangi ini. Logat bicara wanita wangi ini meningatkan Qonia pada logatnya Marsul. 

    "Mereka kebanyakan pekerja kasar, pedagang keliling, kuli bangunan, orang rantauan, Mbak." wanita wangi menuding ke arah para penari yang, sedang membentuk lingkaran, bergerak searah jarum jam. Qonia takjub. Betapa wanita wangi ini mampu memimpin banyak pria.

   " kalau mahasiswa belum ada. Temanmu itu tidak mau gabung. Padahal dulu dia aktif nari di kampung, bapaknya main kendang." Qonia senang mendapatkan informasi ini. Qonia sempat menoleh, sejurus dengan punggungnya, Marsul tampak cengar-cengir di atas motor yang tidak enak di pandang.  Senyum spontan Marsul manis juga, pikir Qonia.  

    Marsul melewati momen tatkala dirinya dipandangi oleh Qonia. Marsul khusuk betul menyelidiki isi secarik kertas itu. Marsul memang tidak main-main tatkala menyelesaikan surat cintanya itu. Marsul telah mendatangi kawan-kawan mahasiswa sastra. Tanya sana-sini tentang keindahan kata-kata.    

    Marsul didorong untuk mempelajari kelugasan WS Rendra, puisi Joko Pinurbo yang jenaka, serta manisnya diksi-diksi Sapardi. Maka, lahirlah surat cinta yang ia beri judul "Proposal Kebahagiaan Abadi" itu.

    Lagu pengiring tarian silih berganti. Nyanyian-nyayian itu begitu akrab di telinga Marsul. Suasana ini membuat hati Marsul jadi makin menggebu-gebu. Tidak sabar ia ingin mempersembahkan secarik kertas itu. Marsul ingin menikmati reaksi tiap inci wajah Qonia, saat membaca Proposal Kebahagiaan Abadi.

    " wahai Qonia Engkau adalah kebahagiaan paripurna. Bersamamu, aku mau pulang ke desa dengan bangga," Marsul mengulas kembali tiap kalimat dalam surat cintanya. Semoga hati Qonia dapat lumer seperti adonan kue pancong di warung langgannya. Semoga nanti Qonia menerima permohonannya, untuk saling mencintai secara resmi dan abadi. Doa Marsul dalam hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun