Mohon tunggu...
Drajatwib
Drajatwib Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis amatiran

Menggores pena menuang gagasan mengungkapkan rasa. Setidaknya lebih baik daripada dipendam dalam benak, terurai lenyap dalam pusaran waktu.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Fura Da Nono, Produk Susu Olahan dari Yerwa, Nigeria

24 Mei 2018   03:19 Diperbarui: 24 Mei 2018   21:49 2014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Yan-Nono di Fura da nono

Sore, sekitar pukul 16.30, ketika sedang berbincang santai sebelum bubaran jam kerja, seorang kolega bercerita tentang minuman khas di Maiduguri, Nigeria yang ramai dijual di beberapa pasar pada bulan puasa khususnya siang sampai sore hari. Minuman itu adalah susu sapi atau unta yang diolah melalui proses fermentasi sehingga mirip yoghurt namun sedikit lebih kental. 

Rasanya sedikit manis dan asam, mungkin sebenarnya sama saja dengan yoghurt, hanya saja di sini disebut dengan istilah "nono". Sebenarnya di hari biasa, nono banyak juga dijual namun lebih populer saat bulan Ramadan. 

Salah satu lokasi, jika boleh disebut sebagai sentra penjualan nono berada di deretan kios di pinggir jalan Kasim Ibrahim, tepatnya di seberang pompa bensin Oando. Lokasi ini tidak jauh dari camp yang kami tinggali, sekitar 500 meter ke arah tenggara. Di deretan tiga los panjang kios-kios nono, terdapat puluhan penjual yang umumnya berasal dari luar daerah Maiduguri, seperti dari Adamawa, Taraba, Bauchi dan Plateau State.

Yan-Nono laki laki
Yan-Nono laki laki
Keberadaan mereka bisa di ketahui dari beberapa drum plastik besar yang disusun berjejer di tiap kios yang berdempetan dengan para ibu-ibu berjilbab yang siap menunggu pembeli. Mereka berjualan sejak pagi sebenarnya, namun baru banyak diserbu pembeli mulai siang hari dan terlebih sore hari menjelang buka puasa. 

Masyarakat Yerwa atau Maiduguri sangat menyukai produk olahan yang mirip yoghurt ini. Seperti Abu, driver kami yang sore itu membeli nono satu jirigen penuh yang akan ia minum saat buka puasa. Para penjual nono yang disebut sebagai "Yan Nono" rata rata memang kaum wanita yang tiba sejak pagi dari pinggiran atau luar kota untuk berjualan di lokasi ini, yang terkenal dengan sebutan "Fura Da Nono".

Seorang mahasiswi yang kuliah di fakultas kedokteran di Universitas Maiduguri yang berjarak kurang lebih 9 Km dari Fura Da Nono rela menempuh jarak yang jauh berkendara "keke" si bajaj kuning dibawah panas terik dan hawa yang panas dengan suhu sekitar 42 derajat celcius hanya untuk membeli persediaan nono untuk buka puasa sorenya di asrama kampus, yang terletak di Jalan Bama-Maiduguri.

Mengenai tingkat higenitas dari nono yang dijual di beberapa lokasi, khususnya di Fura Da Nono, satu lembaga peneliti bernama AJOL alias African Journal Online telah melakukan penelitian terhadap produk nono dari 50 sampel dan temuanya sedikit mengagetkan.

Hasil penelitian menyebutkan hanya 36% sampel nono tidak mengandung bakteri patogenik, sedangkan 14% mengangandung bakteri escherecia coli yang umumnya menyebabkan diare. Sebanyak 28% ditemukan mengandung beberapa bakteri patogenik lainnya.

Hal ini mengindikasikan proses pengolahan yang tidak higienis atau sanitasi lingkungan yang kurang baik. Namun demikian temuan medis ini toh tidak pernah menyurutkan masyarakat untuk mengonsumsi minuman kegemaran mereka, nono.

Kami sendiri sebagai warga asing masih berpikir pikir untuk mencobanya mengingat sepertinya semua produk nono merupakan produk olahan rumah tangga yang tidak bisa diketahui aspek sanitasi pengolahannya. Tidak seperti produk yoghurt dari pabrik yang mencantumkan standar sanitasi dan dikemas secara tertutup, meski juga rawan karena mengandung bahan pengawet.

Berteduh dari teriknya matahari Maiduguri
Berteduh dari teriknya matahari Maiduguri
Menjelang sore itu kami mencoba melihat lihat suasana di Fura Da Nono, di tepi Jalan Kasim Ibrahim, terlihat banyak orang mulai berdatangan untuk membeli nono yang dijual okeh para Yan-Nono, para wanita. Sementara itu para suami atau pengantar mereka menunggu di seberang jalan, berteduh dan tiduran di bawah pohon yang rindang, menghindar dari terik sinar matahari Maiduguri yang masih terasa menyengat meski mentari sudah bergeser sedikit kearah barat.

Seorang kolega bercerita lirih, menyampaikan kepada kami bahwa kondisi ini jauh lebih baik dari beberapa tahun sebelumnya, di mana para pemilik sapi perah kehilangan semua ternaknya ketika kelompok teroris menguasai dan menjarah ternak mereka di beberapa wilayah termasuk di Kota Yerwa ini. 

Kini mereka berhasil membeli beberapa sapi perah dan memerah susunya untuk dijadikan nono dan dijual di Fura Da Nono. Semoga kondisi ini terus membaik, para pedagang semakin pintar mengolah produknya secara lebih higenis dan perniagaan dan kesejahteraan masyarakat di sini semakin meningkat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun