Mohon tunggu...
Drajatwib
Drajatwib Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis amatiran

Menggores pena menuang gagasan mengungkapkan rasa. Setidaknya lebih baik daripada dipendam dalam benak, terurai lenyap dalam pusaran waktu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Slintru Biru

7 Desember 2017   14:22 Diperbarui: 7 Desember 2017   14:32 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Istilah slintru tiba tiba mengingatkanku dengan slintru biru yang ada dirumah orang tua ketika aku kecil dulu. Istilah ini sepertinya sudah jarang terdengar kecuali ditempat asalnya, kota kelahiranku Yogyakarta. Slintru tidak lain adalah pembatas ruangan yang portable, sering disebut juga sebagai sketsel yang sepertinya bukan asli istilah jawa. Di wilayah jawa yang lain slintru disebut juga sebagai gebyok.

Sebagai pembatas ruangan yang portabel slintru berbeda dengan pembatas ruangan permanen seperti tembok kamar. Sifat portable dari slintru ini memungkinkan untuk digeser, ditekuk-lipat-pendek, atau disingkirkan sementara waktu ketika kita memerlukan ruang yang lebih luas.

Dirumah masa kecilku, slintru dipasang untuk menyekat ruang dalam (ruang keluarga dan kamar tidur) dengan ruang tamu yang dulu kami sebut dengan istilah "ngajengan". Slintru kami terbuat dari kayu yang diukir dan dicat warna warni dengan bagian tengah terbuat dari kain biru. Oleh karenanya kami menyebutnya sebagai slintru biru.

Masih membekas dalam ingatan layaknya "photographic memory", kami dulu sering menggunakan slintru untuk main petak-umpet dengan sepupu-sepupu yang tinggal bersama dirumah tua. Seorang tamu tidak bisa melihat keruang dalam kecuali melewati slintru ini. Sifat fleksibel dari slintru menggambarkan "batas" ruang pada orang jawa yang tidak kaku dan bisa disesuaikan dengan keperluan. Bisa mulur - bisa mungkret (memanjang dan memendek). 

Sepertinya pemahaman ini juga tidak dapat dilepaskan dari filosofi yang menjadi penuntun perilaku orang Jogja. Serba mulur-mungkret, adaptif, cepat nenyesuaikan dengan situasi namun sekaligus juga tidak tegas dan asertif. Mana lebih baik, silahkan dinilai sendiri berdasarkan untung - ruginya.

Masih kembali menyoal fungsinya. Slintru berperan pokok sebagai pembatas ruang fisik yang fleksibel. Dalam pemahaman ruang-non fisik, slintru menggambarkan adanya batasan batasan "ruang" pribadi dan sosial yang sepertinya bagi orang jogja juga fleksibel. Anda boleh dekat dan akrab dengan orang jogja tapi pada batas tertentu (yang fleksibel) orang jogja bisa menggunakan "slintru"nya masing masing untuk menarik garis dengan halus, dan santun untuk membatasi seberapa jauh anda boleh mendekat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun