Mohon tunggu...
Drajad Hari Suseno
Drajad Hari Suseno Mohon Tunggu... Administrasi - Perawakan sedang

Wiraswasta, pernah bekerja sebagai Corporate Secretary di badan usaha jalan tol.

Selanjutnya

Tutup

Politik

AHY Akan Tumbang

3 Februari 2021   12:08 Diperbarui: 3 Februari 2021   12:17 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketangguhan seorang pemimpin, terutama partai politik diukur dari seberapa hebat dia mempertahankan eksistensinya atau malah diseksistensi di lingkungannya sendiri. Megawati adalah contoh seorang pemimpin politik yang sangat tangguh. Bisa dikatakan, di republik ini tidak ada seorang pun pemimpin politik yang lebih tangguh dari Megawati.

Kedengarannya lebay tapi itulah faktanya. Megawati sudah berpolitik sejak dalam kandungan. Dalam dirinya mengalir darah biologis dan ideologis Bung Karno. Masa kecilnya tinggal di istana negara. Bergaul dengan orang-orang politik. Bertemu dengan pemimpin negara. Mendengar langsung Pendidikan politik dari guru bangsa.

"Musuh politiknya" pun nggak tanggung-tanggung, Soeharto, penguasa Orde Baru. Megawati mengawali karir formalnya di partai dari pengurus DPC. Di Kongres PDI di Sukolilo Surabaya dia terpilih sebagai Ketua Umum. Keterpilihannya tidak diakui oleh penguasa saat itu. Gubernur Jatim, Basofi Sudirman, terlibat langsung maupun tidak langsung dalam mengacaukan urusan internal PDI, dan membuat situasi runyam sehingga berlarut-larut lanjut di Kongres Luar Biasa di Medan, berlanjut ke Makasar, dan akhirnya tetap terpilih sebagai Ketua Umum PDI di Munaslub di Kemang.

Segudang catatan sejarah jatuh bangun Megawati dalam karir politiknya. Terpilih di Munaslub pun tetap tidak diakui Pemerintah. Tradisi waktu itu, setiap pemimpin partai yang baru terpilih sebagai pengurus, mesti sowan ke Cendana. Bahasanya audiensi serta memohon restu Pak Harto. Megawati tidak mau seperti itu. Baginya urusan partai politik bukan urusan Pemerintah atau Presiden.

Tahun 1996, markas PDI di Diponegoro menjadi panggung bagi para tokoh politik PDI menyampaikan orasi. Hampir setiap hari massa berkumpul di sana. Bergantian para pemimpin politik menyampaikan orasi, termasuk para aktifis di luar PDI, Budiman Sudjatmiko salah satunya.

Situasi Diponegoro membuat penguasa gerah. Hingga akhirnya dimainkanlah skenario kudeta atau pengambil-alihan kantor DPP PDI oleh Soerjadi cs. yang menjadi Ketum PDI tandingan. Markas PDI Diponegoro dikepung, diserang. Seram, sampai ada korban jiwa meninggal. Peristiwa itu sampai sekarang dikenang sebagai Peristiwa 27 Juli.

Pemilu 1997, dari rumahnya di Kebagusan, Megawati menyatakan "Saya memilih untuk tidak menggunakan hak pilih". Pernyataan politik itu dimaknai sebagai perlawanan terhadap Orba. Pernyataan itu sekaligus dimaknai pendukungnya sebagai ajakan golput. Alhasil, PDI tidak memperoleh suara, dan PPP mendulang suara muntahan dari PDI, dan Golkar tetap keluar sebagai pemenang dengan segala kecurangannya. Setelah itu, 10 Januari 1998, Megawati mendeklarasikan berdirinya PDI Perjuangan. Pemilu tahun 1999 menjadi partai pemenang pemilu dengan suara terbanyak, lebih dari 50% pemilih. Data IFES (International Foundation for Election System), sebuah NGO yang bermarkas di Washington DC, menunjukkan jumlah seluruh pemilih sekitar 71 juta orang, PDI Perjuangan memperoleh suara sekitar 37 juta pemilih.

Sebagai partai terbesar, PDI Perjuangan bukan tanpa riak-riak politik. Beberapa kali Megawati hendak dikudeta orang dekatnya, sebutlah Roy BB Janis, Didik Supriyanto dkk yang akhirnya didepak keluar dari PDI Perjuangan. Megawati sangat tangguh untuk ditumbangkan. Sampai sekarang pun, PDI Perjuangan masih sering diganggu. Kali ini diisukan dan disudutkan sebagai partainya orang PKI lantaran ada beberapa petinggi partai memang anak PKI.

Dengan segudang sepak terjang dan pengalaman politik Megawati itu menjadikannya sebagai politisi paling senior tingkat dewa. Lalu ketika berpaling melihat AHY, rasanya seperti melongok politisi tingkatannya di dasar sumur. Bagaimana bisa begitu?

Mari kita ukur secara obyektif. Megawati merintis karir di politik hampir sepanjang hidupnya. Sementara AHY, tidak pernah menjadi pengurus partai, baik tingkat DPC (Kabupaten), DPD (Provinsi), atau jadi salah satu Ketua DPP. Relatif baru di dunia politik. Tahu-tahu jadi Ketua Umum.  

Latar belakang AHY militer. Pangkat terakhir Mayor. Bukan pangkat tinggi, namun juga tidak rendah. Hanya saja, militer tidak boleh berpolitik sehingga miskin pengalaman politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun