Mohon tunggu...
Drajad Hari Suseno
Drajad Hari Suseno Mohon Tunggu... Administrasi - Perawakan sedang

Wiraswasta, pernah bekerja sebagai Corporate Secretary di badan usaha jalan tol.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dialog KH. Ahmad Dahlan

12 Desember 2019   10:33 Diperbarui: 12 Desember 2019   10:41 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sambil menunggu dimulainya sidang di PTUN Denpasar, iseng-iseng saya buka facebook, menemukan tulisan yang saya buat tiga tahun lalu. Ternyata masih relevan untuk dibaca sekarang...

Seorang teman mengirim sebuah tulisan, yaitu dialog antara Kiai Haji Admad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah) dengan santri-santrinya. Menurut saya, dialog itu sangat artikulatif dan layak disampaikan kepada publik.

Beginilah dialog tersebut:  
Seorang santri, Daniel, bertanya kepada KH Ahmad Dahlan, "Kiai, yang disebut agama itu sebenarnya apa?" KH Ahmad Dahlan, tidak langsung menjawab, justru mengambil biola dan memainkan tembang "Asmarandhana" hingga membuat para santrinya terbuai. Lalu beliau bertanya, "Apa yang kalian rasakan setelah mendengar musik tadi?"

"Saya merasakan keindahan, Kiai," jawab Daniel. Santri lainnya, Sangidu, "Seperti mimpi rasanya". "Semua persoalan seperti mendadak hilang. Tentram" tambah Jazuli. "Damai sekali" tukas Hisman.

"Nah, itulah agama" jawab KH Ahmad Dahlan. "Orang beragama adalah orang yang merasakan keindahan, rasa tenteram, damai karena hakikat agama itu sendiri seperti musik. Mengayomi dan menyelimuti".

Setelah itu salah seorang santri (Hisman) mencoba biola tersebut, dan menghasilkan suara "menderit". Bikin telinga terusik, pusing pendengarnya. "Wah, suaranya berantakan ya Kiai?" tanya Hisman sambil tersipu malu.

"Nah, begitu juga agama. Jika kita tak mempelajarinya dengan baik, tidak berlatih (mengaji) maka agama hanya akan membuat diri sendiri dan lingkungan terganggu," jawab KH Ahmad Dahlan.

"Oooo begitu...," Jazuli menyimpulkan. "Jadi untuk bisa beragama dengan baik itu, kita tidak boleh ikut-ikutan, tapi harus mengerti ilmunya juga. Seperti tadi, hanya karena melihat Kiai bermain biola, jangan langsung berpikir bahwa kita juga pasti bisa main biola," tambah Jazuli.

"Kesimpulan yg bagus" jawab beliau. "Ada kesimpulan lain?"

"Dalam beragama, kita tidak bisa hanya mengandalkan keinginan, hanya karena merasa bahwa keinginan itu baik.  Misalnya, tadi saya merasa punya keinginan baik untuk bermain biola, tapi ternyata keinginan saya malah mengganggu saya sendiri dan orang lain," ulas Hisman.  

"Kesimpulan yang jeli. Terima kasih," puji beliau. "Semoga dengan menjalani agama yang kita imani, kita mampu menghormati orang lain dan membawa kedamaian dalam hidup bersama".

Dari pesan ini saya hanya bisa menyerukan, "Damai dan bersatulah Indonesiaku..."

Denpasar, 4 November 2016
Drajad Hari Suseno

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun