Mohon tunggu...
Khudori Husnan
Khudori Husnan Mohon Tunggu... Freelancer - peminat kajian-kajian budaya populer (https://saweria.co/keranitv)

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perhatikan Jalanmu, Jangan ....

26 Mei 2012   17:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:45 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam berbagai kesempatan yang membuatku terpaksa berada di jalanan atau di lorong-lorong Ibu Kota aku selalu tertarik dengan stiker-stiker mini yang ditempel di spatboard  sepeda motor. Ragam stiker mini itu bagiku menarik karena isi stiker memuat hal-hal aneh, kocak, berani, vulgar, mengancam, dan kadang sesuatu yang tak perlu tapi cukup mengejutkanku.

Dengan menempelkan stiker-stiker mungil di kendaraan bermotornya, si pemilik barangkali mau menunjukan kwalitas  intelektualnya, kepribadiannya, kedudukan sosialnya,  atau bisa saja sih sekadar  iseng dan mencari perhatian para pengguna jalan raya lain. Stiker-stiker mini itu dengan aneka isi dan variasi adalah hiburan tersendiri bagiku terutama saat jalanan Ibu Kota yang biasa kuhadapi ini menjelma serupa neraka.

Beberapa contoh stiker yang cukup populer di luar stiker-stiker berbau SARA dan merk-merk tertentu ialah: "CAUTION BARU TOBAT JANGAN DIAJAK MAKSIAT"; WARNING! JANGAN DICURI MASIH KREDITAN!"; "WARNING ANDA DI BELAKANG ORANG GANTENG", "GUE MAU KERJA BUKAN MAU BALAP MONYONG!"; "LAGI PURA-PURA MISKIN" dan masih banyak lagi.

Cerita ini juga masih berkaitan dengan stiker mini itu. Begini lengkapnya.

Saat itu sekitar jam 8.30 malam. Bulan sabit menggantung di atas lampu merah Ragunan yang riuh oleh suara  kendaraan bermotor. Aku di antara puluhan sepeda motor dan mobil. Kesal memerhatikan angka merah penanda durasi pemberhentian yang mendadak menghitung ulang  aku arahkan pandangan ke beberapa spatboard sepeda motor yang berada tepat di hadapanku. Lama aku berburu stiker mini. 'Ah, payah. Tak ada yang menarik.' Umpatku dalam hati.

Tiba-tiba  sebuah sepeda motor matic berhenti tepat di sampingku. Desir angin yang terbawa saat sepeda motor itu berhenti mendadak meruapkan aroma parfum menggoda. Luar biasa. Aroma parfum itu  mengalahkan bau asap  yang dimuntahkan knalpot sepeda motor yang berada  persis di hadapanku. Si pemilik parfum pengendara sepeda motor mengenakan helm half face, berambut pirang, bercelana legging,  mengenakan jaket berbulu pada bagian krahnya. Ia wanita muda.

Pengendara sepeda motor di belakangku memainkan gas. Suara raungan sepeda motor membahana. Bunyi klakson saling sahut. Asap memenuhi sekeliling lalu membumbung tinggi ke angkasa. Cahaya yang terpancar dari berbagai jenis lampu kendaraan bermotor membuat suasana di situ berkailauan. Tapi, untunglah di tengah situasi kacau saat itu  hadir  si pemilik parfum pengendara sepeda motor matic. Jalanan macet tak karu-karuan itu menjadi mirip  ajang peragaan busana di hotel-hotel kelas atas. Aku sibuk sendirian dengan pikiranku.

Perempuan berambut pirang pengendara sepeda motor hanya berjarak sekitar 50 senti meter di sampingku. Mengingat masih ada ruang kosong di depanku, dengan isyarat tangan, aku menyuruhnya untuk memajukan kendaraannya. Tanpa basa-basi ia pun  segera memajukan kendaraannya. Saat menggerakkan sepeda motornya itulah, karena jarak demikian sempit,  stang sepeda motornya menyenggol stang sepeda motorku. Ia menoleh, membuka kain penutup mulutnya dan aiiih mengembanglah sebuah senyuman dari bibirnya yang padat berisi. Aku menanggapi tingkahnya itu hanya dengan anggukan alakadarnya.

Setelah sepeda motor perempuan pemilik bibir padat berisi itu tepat berada di depanku.

Astaga! Celana dalamnya menyembul. Merah dengan renda-renda unik di bagian sisi-sisinya. Ah, aku jadi salah tingkah. Aku membuang muka ke arah sebelah kiri tapi karena persis di samping kiriku ada seorang pengendara sepeda motor lain, lelaki berkumis tak beraturan, buru-buru aku menghadapan wajah ke depan.

Rupanya, perempuan pemilik bibir padat berisi sadar keadaan bagian belakang bajunya yang terangkat itu. Segera ia rapikan bajunya. Ia pun sibuk memasukkan ujung bajunya ke dalam celana leggingnya berusaha menutupi bagian celana dalamnya yang nakal mengintip ke luar. Aku menarik nafas panjang menghembuskannya kuat. Saat itu kulihat Angka penunjuk durasi pemberhentian sudah mendekati angka 10.  Aku bersiap menggas sepeda motorku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun