Mohon tunggu...
Khudori Husnan
Khudori Husnan Mohon Tunggu... Freelancer - peminat kajian-kajian budaya populer (https://saweria.co/keranitv)

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jatuh Cinta Daring

28 Oktober 2020   16:09 Diperbarui: 28 Oktober 2020   16:17 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah  meme berseliweran di lini masa, bunyinya 'kenalan di FB, chattingan di inbox, pindah ke WA, selalu kasih kabar dan perhatian, timbul rasa suka, jadian, punya panggilan mesra, cemburu, ngambekan, saling blokir, bubaran sebelum ketemu.'

Saat sebagian besar orang masih mengharap menemukan cinta di dunia nyata, segelintir orang lain lebih nyaman berpacaran secara daring alias online, dengan media sosial yang dioperasikan melalui  ponsel  sebagai medianya.

Di zaman ini,   ponsel telah bermetamorfosa dari  sekadar alat komunikasi menjadi wahana pelarian bagi orang-orang yang  merasakan kehidupan di dunia nyata  terasa terbatas dan membosankan, lalu merasa telah menemukan kenyamanan dengan ponsel.

Ponsel hadir tak ubahnya seorang psikolog  rupawan, yang telah menyelamatkan hidup kita. Ponsel dianggap sebagai piranti yang paling mengerti diri kita, yang   kadar pengertiannya jauh melebihi orang-orang terdekat   seperti orang tua, kerabat, dan sahabat di dunia nyata.  

Ponsel selalu setia menemani termasuk  saat kita dihadapkan pada  situasi paling darurat dalam diri kita. Benda mungil bernama  ponsel  pun seolah-olah paham situasi pelik yang sedang kita hadapai.

Ponsel lantas  mengarahkan kita untuk menyapa, melihat-lihat, dan berhubungan  dengan orang-orang dan atau situs-situs internet  tertentu, yang dikesankan tepat atau cocok untuk saling berbagi kesenangan dan kenikmatan,  di mana  di kehidupan nyata amat sulit  dilakukan  karena  kita tak berdaya untuk meraihnya.

Kita pun lantas mengesampingkan risiko yang menyelinap termasuk  saat kita menghabiskan  uang untuk  membeli paket internet. Kita juga  tak lagi menyadari  bahwa yang kita hadapi adalah sebuah pencapaian mengagumkan dari  kemajuan di bidang teknologi    informasi super canggih  yang berkait kelindan dengan kepentingan bisnis.

Ponsel sepertinya mengerti sepepuhnya kebutuhan mendasar dari sebagian besar  orang yang selalu  ingin disukai dan  ditemani, hingga kita pun merasa sukses dan bahagia saat bisa disukai dan ditemani dan disukai banyak orang secara virtual.

Padahal, di balik itu semua, perlahan namun pasti kita mulai tercerabut dari kehidupan nyata dan menjadi pribadi-pribadi yang  rapuh dan keropos.

Kerapuhan itu ternyata berawal dari kepercayaan total yang kita berikan pada  ponsel di saat kita tak mampu membereskan masalah yang kita hadapi di dunia nyata, dan memilih  ponsel sebagai jalan ke luar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun