Mohon tunggu...
Khudori Husnan
Khudori Husnan Mohon Tunggu... Freelancer - peminat kajian-kajian budaya populer (https://saweria.co/keranitv)

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Novel Rainbirds, Sebuah Tragedi yang Manis

3 Agustus 2019   01:41 Diperbarui: 3 Agustus 2019   02:09 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Novel Rainbirds (dok. pribadi)

Lama tak membaca novel, membaca novel ini saya rela berlama-lama. Alurnya penuh kejutan, cara bertuturnya memikat, si penulis, Clarissa Goenawan, tampak  menguasai relung-relung  batin karakter yang ia  ciptakan hingga tercipta sebuah novel yang memiliki jalinan keterlibatan emosional  antara  novel dengan pembacanya.

Kota dan Kebosanan

Kota adalah ruang bagi segala yang meraung; suara bising knalpot kendaraan bermotor, teriakan warga, suara berisik politisi ceriwis yang gemar berdebat di layar televisi, dan seterusnya. Lebih dari itu,  seperti dikisahkan novel Rainbirds (Gramedia Pustaka Utama: 2018), kota juga memendam potensi bagi meledaknya pelbagai patologi sosial, kejahatan terrencana, kecemasan, dan keterasingan kolektif.

Memotret kota sebagai lanskap "penyimpangan" dapat dimaknai sebagai efek samping  atas  kebosanan akan rutinitas kerja atau aktivitas lain khas kota   dengan tingkat aturan dan tata tertib sosial  yang amat ketat juga kolot.

Kebanyakan  orang kota, memandang remeh kebosanan sembari berusaha mengatasinya dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan, tanpa berusaha mencari tahu akar dari kebosanan.

Industri hiburan yang menjanjikan kesenangan mengisi waktu luang, berusaha menangkap hasrat cara-cara orang kota mengatasi kebosanan. Alhasil, industri hiburan menawarkan resep atau kiat-kiat jitu bagaimana menjinakkan kebosanan termasuk dengan melibatkan diri dalam kerumunan (crowd); ke  bioskop,  kafe, tempat hiburan malam, dan seterusnya.

Kebosanan sendiri dapat dibaca sebagai isyarat ada sesuatu yang tidak beres dari pikiran kita. Kebosanan muncul barangkali karena kita terlalu lama membiarkan pikiran dijejali dan diombang-ambing gelombang besar informasi, yang terkesan tak bisa disangkal hingga terus menggumpal menjadi "masalah yang seolah-olah" hingga menumpulkan daya kritis dan reflektif.

Kesepian yang Rawan 

Rainbirds novel berlatar Jepang era 1990-an ini, berkisah tentang pengembaraan pria bernama Ren Ishida di kota rekaan Akakawa untuk memecahkan kasus pembunuhan yang menimpa Keiko Ishida, kakak perempuannya. Baru belakangan Ren Ishida mengetahui Keiko Ishida bukan kakak kandungnya, tapi anak hasil hubungan gelap ayah mereka dengan wanita lain yang juga berasal dari Akakawa.

Di Akakawa, kawasan dekat Tokyo, Ren Ishida napak tilas kehidupan Keiko Ishida. Ia memutuskan mengerjakan nyaris semua yang pernah dilakukan Keiko Ishida semasa hidup hingga  detik-detik ajal menjemputnya. Keputusan itu diambil Keiko Ishida demi mengungkap siapa pembunuh Keiko Ishida.

Meski bertema pembunuhan, Rainbirds yang diterjemahkan ke Indonesia dengan baik oleh Lulu Fitri Rhahman ini, bukanlah jenis novel detektif yang berusaha merangkai secara ketat berbagai insiden, motif, dan trik untuk mengungkap kasus tertentu seperti diperagakan penulis-penulis legendaris Edgar Allan Poe, Alexandre Dumas, Eugene Sue, atau Sir Arthur Conan Doyle.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun