Mohon tunggu...
Dr Leila Mona Ganiem
Dr Leila Mona Ganiem Mohon Tunggu... Akademisi dan Konsultan Komunikasi

Doktor Ilmu Komunikasi, Wakil Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. Saya menikmati penjelajahan berbagai isu terkait komunikasi, baik korporat, kesehatan, antarpribadi, dan antarbudaya. Yuk, Belajar Bersama dan Majukan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Rasa Aman di Rumah Sakit Hilang

18 April 2025   13:13 Diperbarui: 18 April 2025   19:15 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Tenaga medis memeriksa peralatan di salah satu kamar ruang isolasi untuk pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Undata, Palu, Selasa (3/3/2020). (KOMPAS/VIDELIS JEMALI)

Beberapa kasus pelecehan seksual di antaranya dokter PPDS Anestesi pada penunggu pasien di Bandung, dokter kandungan di Garut, mengguncang publik.  

Kok bisa...  tempat yang seharusnya menjadi ruang pengobatan, justru menjadi arena kekerasan? 

Peristiwa-peristiwa ini menimbulkan pertanyaan mendalam:

  • Masihkah rumah sakit menjadi ruang aman bagi pasien dan keluarganya?
  • Cukupkah sistem pengawasan untuk mencegah perilaku tidak terpuji tersebut?
  • Apakah pendidikan kedokteran sungguh membentuk moral dan kepekaan etis?
  • Mampukah profesi ini menjaga marwah dan kepercayaan publik?

Sesungguhnya, kekerasan seksual yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien tidak muncul begitu saja, melainkan lahir dari relasi sosial yang timpang dan struktur kekuasaan yang diam-diam dilembagakan.

Dokter bukan sekadar praktisi, tapi juga simbol otoritas dan keilmuan. Jas putih tak hanya menandai profesi, tapi juga membentuk relasi hierarkis - pasien sering berada dalam posisi pasif: mengikuti, menunggu, menerima iya iya saja, tanpa banyak bertanya.

Michel Foucault mengajarkan bahwa kekuasaan tidak hanya hadir melalui jabatan, tetapi juga melalui diskursus - cara bicara, praktik sosial, dan norma yang menetapkan siapa yang didengar dan siapa yang dibungkam. Dalam sistem medis, kekuasaan ini bisa menyembunyikan perilaku predatoris di balik kepercayaan dan kehormatan profesi.

Memang, tak dapat disangkal, tindakan tersebut kriminal dan menjijikkan! Pelaku pantas dikeluarkan dari profesi dan mendapat sanksi hukum yang adil. Namun, pelaku adalah individu, bukan representasi dari seluruh insan di profesi kesehatan. Masyarakat sebaiknya tidak menggeneralisasi kesalahan beberapa orang sebagai bayangan buruk atas ribuan tenaga medis yang setiap hari bekerja dengan dedikasi, integritas, dan empati untuk menyelamatkan nyawa.

Sama seperti satu orang tua yang lalai, tidak menghapus kemuliaan jutaan orang tua yang berkorban tulus untuk membesarkan anak-anaknya dengan cinta.

Hilangnya Rasa Aman di Rumah Sakit (Dall-E, 2025) 
Hilangnya Rasa Aman di Rumah Sakit (Dall-E, 2025) 

Solusi Kolektif dan Sistemik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun