Mohon tunggu...
Dr PrantiSayekti
Dr PrantiSayekti Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Negeri Malang

Saya adalah dosen dari Departemen Seni dan Desain pada Program Studi Desain Komunikasi Visual. Saya menyukai keilmuan terkait Desain Komunikasi Visual serta ilmu-ilmu sosial humaniora lainnya yang dalam implementasinya saya ekspresikan pada tulisan-tulisa/karya ilmiah terkait keilmuan tersebut

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diversifikasi Produk Batik Laweyan

12 November 2022   16:00 Diperbarui: 12 November 2022   15:59 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberadaan para perajin batik di wilayah Laweyan Surakarta belum terakomodasi secara maksimal ditambah lagi kondisi pasca pandemi covid-19 seperti masa sekarang ini yang menyebabkan perdagangan batik mengalami kemerosotan tajam hingga 80%. Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) masih belum bisa menjangkau seluruh perajin di level bawah.

Para perajin batik perlu mendapat pembinaan untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya untuk dapat menemukan inovasi-inovasi baru berkaitan dengan produk kerajinan batik. Pendekatan kolaborasi partisipatif antara pelaku kerajinan (IKM) dengan lembaga pendidikan diharapkan dapat meningkatkan daya tawar para perajin batik.

Produk kerajinan batik yang dikembangkan dengan tetap dilandaskan pada nilai-nilai budaya lokal. Model kolaborasi partisipatif menempatkan perajin sebagai pelaku dan lembaga pendidikan sebagai mitra.

  • Kota Surakarta ditetapkan sebagai kota kreatif pada tahun 2013 oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengan dibentuknya SCCN (Solo Creative City Network) untuk di ajukan ke UNESCO sebagai salah satu kota kreatif di Indonesia. Laweyan merupakan bagian dari wilayah Surakarta yang dirancang sebagai kampung wisata batik. Rancangan tersebut dimulai dari penguatan hubungan relasional antar beberapa sektor ekonomi kreatif di wilayah Laweyan. Tujuan dari rancangan tersebut adalah untuk menciptakan kemajuan kondisi ekonomi dan sosial bagi seluruh warga masyarakat dengan partisipasi aktif serta menumbuhkan prakarsa masyarakat itu sendiri. Pengembangan masyarakat dapat tercapai melalui kolaborasi partisipatif antara lembaga pendidikan dengan sentra industri batik di wilayah tersebut. Dengan demikian Lembaga pendidikan dapat menjembatani pengembangan kampung Laweyan sebagai kampung wisata batik dengan pendekatan tersebut.

Pembentukan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) pada tahun 2004 merupakan salah satu bentuk kepedulian para pelaku industri kreatif terhadap keberlangsungan usaha masyarakat Laweyan.

FPKBL dirancang dengan konsep mensinergikan jalinan kerja sama lima pihak, yaitu pihak pelaku industri kreatif (komunitas sejenis), pemerintah daerah setempat, kalangan edukasi, media, dan Lembaga-lembaga non government. Para pelaku industri kreatif yang berhubungan dengan pola FPKBL berasal dari berbagai kalangan pelaku di seluruh level.

Para pelaku indutri kreatif di level bawah sudah mulai terhubung dengan jaringan tersebut namun belum maksimal. Tujuan terbentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) salah satunya adalah mewujudkan batik ramah lingkungan sebagai produk kerajinan unggulan.

  • Data dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2021 menunjukkan bahwa jumlah unit usaha di Surakarta sebanyak 8.403 dengan jumlah tenaga kerja 74.164 orang. Data tersebut terdiri dari industri besar 72 (14264 tenaga kerja), industri menengah 190 (12.432 tenaga kerja), industri kecil 1.673 (30.530 tenaga kerja), industri kreatif 497 (497 tenaga kerja), dan non formal 6.010 (16.441 tenaga kerja). Industri kerajinan batik dalam skala nasional memiliki peran besar dalam menyumbang devisa dengan jumlah ekspor mencapai US$ 52,44 juta atau setara Rp734 miliar (Sumber: https://mediaindonesia.com).

Pelaku kerajinan di tingkat mikro diperkirakan belum secara keseluruhan tergabung dalam organisasi formal. Para perajin ini berkerja secara parsial dan tidak terhubung dengan birokrasi atau lembaga pembiayaan makro, sehingga keberadaan mereka seringkali kali tidak terlalu diperhitungkan dalam peta industri kreatif di kawasan Laweyan.

Keberadaan para perajian dalam skala kecil ini menjadi pondasi industri kreatif di Laweyan. Keterhubungan para perajin di level tradisi dengan berbagai program yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka belum menyeluruh.

Industri kerajinan bila dioptimalkan dapat menjadi ujung tombak pangsa pasar ekspor di Indonesia. Industri kerajinan merupakan salah satu bidang yang menduduki tempat yang strategis dalam pembangunan.

Ini didasarkan pada dua hal, pertama industri kerajinan sifatnya tidak padat modal tetapi padat karya yang melibatkan masyarakat dalam jumlah yang besar. Kedua melalui industri kerajinan ini sekaligus berusaha melestarikan hasil kesenian budaya bangsa. Keberadaan pola kerajinan tradisional ini menjadi salah satu modal sosial untuk meningkatkan kapasitas perekonomian masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun