Mohon tunggu...
Mangatas SM Manalu
Mangatas SM Manalu Mohon Tunggu... Dokter Spesialis Penyakit Dalam -

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan & Klinik AIC, Kuningan City Mall - Jakarta. Instagram: https://www.instagram.com/mangatasm/ Twitter: https://twitter.com/#!/Komangatas3. Facebook: https://www.facebook.com/mangatasm

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

KLB Difteri Indonesia Tertinggi di Dunia, Ini Usulan Penanganannya untuk Kemenkes RI

19 Desember 2017   11:32 Diperbarui: 19 Desember 2017   22:57 7002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar 1: http://health.liputan6.com)

Diagnosis difteri
Perlu dilakukan isolasi bakteri dari cairan dan usapan hidung dan tenggorokan orang yang dicurigai memiliki difteri, yang dibiakkan (kultur) pada media mikrobiologi tertentu. Siapapun yang telah kontak dekat dengan orang tersebut juga harus dikultur. Biasanya dilakukan di RSUD atau RSUP. 

Jika infeksi difteri telah dikonfirmasi, maka Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI harus diberitahu. Ekstoksin difteri hanya dapat dideteksi dengan tes di laboratorium khusus tertentu, misalnya di Lembaga Eijkman, di kompleks RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. 

Jika gejala dan tanda difteri telah jelas, terutama terlihat adanya pseudomembran tenggorok, maka terapi dapat segera dilakukan, tanpa menunggu hasil kultur isolasi kuman. 

Pemeriksaan penunjang lainnya, seperti rekam arus listrik jantung (EKG), Pemindaian (CT-Scan) leher, rekam listrik otot (EMG), pemeriksaan fungsi ginjal dan biopsi kulit dilakukan jika ditemukan tanda kelainan.

Sumber gambar 3: http://dinkes.malangkota.go.id/2017/12/15/siaran-pers-imunisasi-efektif-cegah-difteri/
Sumber gambar 3: http://dinkes.malangkota.go.id/2017/12/15/siaran-pers-imunisasi-efektif-cegah-difteri/
Terapi difteri
  • Terapi penunjang: Pemberian oksigen, bantuan pernafasan, jika perlu dilakukan pembuatan saluran nafas dengan melubangi pipa nafas dan menggunakan mesin bantu pernafasan (ventilator) di unit gawat darurat dan unit perawatan intensif (ICU)
  • Penderita dirawat di kamar isolasi, para petugas kesehatan dan keluarga yang menjenguk harus memakai baju, tutup kepala, masker dan sarung tangan steril.
  • Serum Anti Difteri (ADS) jika terbukti ada gangguan pada organ lain, misalnya jantung, karena eksotoksin. Serum ADS ini SULIT DIDAPATKAN DI INDONESIA
  • Antibiotika golongan penisilin injeksi atau jika penderita dapar menelan penisilin bentuk tablet. Jika penderita alergi terhadap penisilin, dapat diberikan Eritromisin. Setelah 48 jam pemberian antibiotika biasanya penyakit sudah tidak merusak lebih jauh lagi, meskipun obat terus diberikan sampai 14 hari.

Difteri dinyatakan sembuh secara pasti apabila biakan kuman dari jaringan yang terinfeksi menjadi negatif sebanyak 2 kali berturut-turut.

Kasus yang patut dicurigai sebagai difteri saat tejadi KLB

  • Demam disertai sakit tenggorokan parah, sulit menelan dan leher membengkak
  • Demam sengan suara serak dan sulit bernafas, disertai nyeri dada
  • Demam disertai kelemahan atau mati rasa (baal) yang berat
  • Demam pada seseorang yang terpapar pada penderita yang diketahui/diduga difteri
  • Demam pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu. 

Komplikasi difteri
Radang otot jantung (miokarditis), gangguan irama jantung, kelemahan otot, gangguan saraf: mati rasa dan kelumpuhan, gangguan penglihatan, gangguan ginjal. Yang paling berbahaya tentunya sumbatan saluran nafas yang cepat menimbulkan kematian.

Pencegahan difteri
Vaksin toksoid difteri, yang dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan pertusis, direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk diberikan kepada bayi, remaja, dan orang dewasa, guna membentuk zat anti (antibodi).

Imunisasi untuk bayi dan anak, menurut Program Kementerian Kesehatan RI terdiri dari 4 (empat) kali vaksinasi DPT (Diptheri, Tetanus, Pertussis) yang umumnya diberikan pada usia: 2 bulan,3 bulan, dan 4 bulan, dengan vaksinasi ke 4 (empat) diberikan pada usia18 bulan. Vaksinasi ke 5 (lima) ialah DT (Difteri-Tetanus), bukan DPT,pada usia 7-8 tahun. Kekebalan terhadap difteri berkurang setelah 8-10 tahun, oleh karena itu diperlukan suntikanpenguat (booster).

Bentuk booster yang digunakan di Indonesia, yaitu vaksin Td (Tetanus difteri) yang merupakan vaksinasi ke 6 (enam), yang direkomendasikan untuk anak berusia 7-8 tahun. Pada kelompok umur 11-12 tahun, diberikan lagi vaksin Td (vaksinasi ke 7). Dalam waktu 10 tahun setelah vaksinasi ke 7, sebaiknya diberikan vaksinasi ke 8 (delapan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun