Barcelona berhasil meraih trofi Copa del Rey setelah mengalahkan rival abadinya, Real Madrid (3-2) di stadion De La Cartuja, Sevilla (27/4/25). Kedua tim harus bermain hingga perpanjangan waktu untuk menentukan siapa yang pantas sebagai kampiun dari Copa del Rey tahun ini.
Memang, trofi Copa del Rey kerap dipandang sebagai trofi kelas kedua setelah trofi La Liga Spanyol. Akan tetapi, gegara tim yang memperebutkan trofi ini di partai final adalah dua rival abadi di Spanyol, Barca dan Madrid, maka gengsi trofi pun ikut naik.
Banyak mata melirik laga tersebut. Persaingan tak bisa dihindari sebagai bagian dari tensi antara kedua tim yang sudah lama bersaing di daratan Spanyol.
Pada awalnya, Barca menguasai laga. Di babak pertama, Madrid gagal mencatatkan satu pun tembakan tepat sasar ke gawang Barca. Sebaliknya, Barca berhasil unggul lewat tendangan keras gelandang kreatif, Pedri dari luar garis 16 belas memanfaatkan umpan Lamine Yamal.
Dominasi Barca di babak pertama seperti memberikan sinyalemen jika Madrid akan kembali "dibantai" oleh Barca sebagaimana yang terjadi pada dua pertemuan sebelumnya. Akan tetapi, masa jeda menyelamatkan Madrid dan menjadi titik balik dari yang bermarkas di ibukota Spanyol itu.
Sejak peluit babak kedua ditiup, Madrid tampil lebih agresif. Agresivitas itu tak lepas dari keputusan Ancelotti menggantikan Rodrygo dan memasukkan Kylian Mbappe serta memasukan Arda Guler dan Luka Modric.
Kendati Barca masih memegang bola di babak kedua, Madrid yang malah tampil lebih efektif dan berbahaya. Terang saja, gol penyama kedudukan pun terjadi di menit ke-70 lewat pemain pengganti Mbappe. Gol Mbappe yang tercipta lewat tendangan bebas itu membahasakan bahwa buah pergantian pemain mulai dituai Madrid.
Selang 7 menit kemudian setelah gol penyama kedudukan, Madrid menggandakan keunggulan menjadi 2-1 lewat tandungan Tchoumani.
Keunggulan itu seperti membuat Barca terbangun dari tidur dan coba untuk membalas ketertinggalan. Tepat saja, Barca mampu mengimbangi dominasinya dengan tampil lebih efektif di tengah kesolidan lini belakang Madrid.
Adalah Ferran Torres yang memanfaatkan kelengahan lini belakang Madrid mencetak gol penyama kedudukan menjadi 2-2. Gol Torres itu menyelamatkan Barca.