Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berpuasa dengan Langkah Sederhana dan Efektif

7 Maret 2025   09:39 Diperbarui: 7 Maret 2025   14:58 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi umat Kristen Katolik, hari Jumat selama masa prapaskah dinobatkan sebagai hari berpuasa secara total. Idealnya, model berpuasanya bukan saja mengenai tidak makan dan minum atau pun mengurangi jumlah makan, tetapi juga mengenai pengendalian diri dalam rupa kontrol pikiran dan tindahan demi kehidupan spiritual.

Untuk itu, berpuasa, selain sebagai aktivitas untuk membangun dan menjaga kesehatan jasmani, juga sebagai bentuk aktivitas rohani. Benang merah dari berpuasa adalah kontrol diri.

Kontrol diri itu melibatkan upaya yang sadar untuk melakukan dan tidak melakukan hal tertentu. Tentu saja, hal yang dilakukan adalah hal-hal yang bisa memberikan manfaat secara jasmani dan rohani.

Lalu, hal yang tak boleh dilakukan adalah hal-hal yang merugikan diri sendiri, merusak relasi dengan Tuhan dan sesama walaupun hal itu memberikan kesenangan tertentu.

Dengan, pada satu pihak aksi berpuasa taklah gampang. Apalagi, jika aksi itu melibatkan hal-hal yang sudah mengakar dengan keseharian dan memberikan kesenangan pada diri.

Misalnya, niat berpuasa dari penggunaan media sosial. Aksi itu menjadi sulit apabila kita sudah sangat bergantung atau adiktif dengan media sosial.

Oleh sebab itu, kita perlu melakukan aksi puasa dengan cara yang tepat sasar. Paling tidak, kita memulainya dengan langkah yang sederhana dan efektif sehingga kemudian buah dan tujuannya bisa tercapai seturut yang diharapkan.

 

Paling pertama, kita tak perlu memasang target yang cukup besar untuk berpuasa. Apa yang mau kita capai?

Tentu saja, kita tak boleh mengesampingkan ajaran dan aturan agama dalam hal berpuasa.

Misalnya, berpuasa dengan tidak mengosumsi makanan tertentu pada waktu tertentu. Namun, perlu juga ada upaya untuk berpuasa dalam bentuk kontrol dan pengendalian aksi dan tingkah lalu yang kita nilai sudah merugikan diri kita secara pribadi dan mengganggu relasi kita dengan Tuhan dan sesama.

Kita mulai dari langkah yang sederhana. Contohnya, tak boleh memegang phone dari jam tertentu hingga jam tertentu. Fokus membaca dan menulis untuk jam tertentu sehingga menjauhkan diri dari interaksi yang tak sehat atau percakapan yang toxic di media sosial.

Perlu mematok waktu yang pasti dan realistis. Kita mau bahwa mulai jam 6 pagi hingga jam 6 petang, kita tak berselancar di media sosial selama 40 hari masa berpuasa.

Targetnya agar hidup kita tak bergantung pada media sosial. Prinsip dan arah hidup kita benar-benar terbangun di atas kenyataan dan realitas yang kita hidupi. Jadi, target yang mau dicapai dalam diri bahwa media sosial hanyalah alat dan bukan sebagai sumber satu-satunya dari hidup kita.

 

Kedua, kita memulai dengan melakukan hal yang bisa kita lakukan dan selesaikan. Sadar kemampuan dan target bisa terselesaikan.

Saya ingat nasihat seorang pengajar bagi yang mau menulis skripsi dan tesis.

Dia mengatakan bahwa agar bisa menyelesaikan skripsi atau pun tesis, perlu mencari topik yang bisa kita selesaikan secara tuntas. Secara tak langsung dia mengatakan bahwa kita perlu kenal kemampuan kita dan apa yang kita lakukan.

Sama halnya dengan berpuasa dalam hal kontrol diri. Kita perlu melihat hal-hal yang bisa kita lakukan dan selesaikan/tuntaskan. Bisa jadi dengan mulai dari hal yang bisa kita selesaikan, kita tertantang untuk melakukan hal yang lebih besar.

Misalnya, kita tahu dan sadar bahwa kita bisa menahan diri untuk tak nonton film bernuansa blue, maka kita perlu melakukannya secara konsisten. Konsistensi itu dibarengi dengan upaya menjauhkan diri dari barang-barang yang bisa mendekatkan diri dengan hal itu.

Jika phone yang menjadi sumber dari permasalahan kita itu, kita perlu menghapus site-site yang melapangkan kita untuk menjangkau film-film itu.

Kalau boleh perlu mengatur waktu kapan online dan tidak. Dan lebih jauh mengalokasikan waktu berinternet dengan mencari hal-hal yang berkaitan pengembangan diri baik secara spiritual maupun mental.

Sama halnya berpuasa untuk bergosip. Pastinya kita tahu bagaimana dan mengapa kita bergosip.

Biasanya kita bergosip karena kita sudah mengenal baik teman pembicaraan. Kalau kita memang berkomitmen untuk tak bergosip, kita perlu menghindari lingkungan dan interaksi yang memungkinkan hal itu terjadi.

Memang, berpuasa sangat menantang. Aksi itu sangat membutuhkan disiplin diri (self-discipline).

Akan tetapi, di balik kedisiplinan diri itu, kita juga perlu mempunyai strategi tertentu. Strategi itu bisa mengenai langkah-langkah yang sederhana dan bisa tercapai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun