Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Batang Pisang Sudah Diperjualbelikan

15 September 2023   08:30 Diperbarui: 15 September 2023   08:36 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pohon Pisang. Foto: Shutterstock/Underworld via Kompas.com

Hari masih pagi. Belum pukul 7 pagi, terngiang suara dari jauh lewat toa kecil dari sebuah mobil pick up kecil, 'Elong. Elong. Elong." Terucap dengan nada yang cukup teratur lantaran suaranya sudah terekam.

Elong dalam bahasa Manggarai artinya batang pisang. Wilayah Manggarai sendiri terletak di bagian barat Pulau Flores, NTT.

Kadang mereka melambatkan laju kendaraan di tempat tertentu. Kemungkinan besar di sekitar tempat itu ada langganan mereka.

Benar saja, ada saja yang keluar rumah dan meminta untuk menurunkan beberapa batang pisang. 

Setelah memberikan sejumlah uang ke penjual, kendaraan yang menjual batang pisang itu kembali melaju dan suara dari toa kecil kembali mengiringi perjalanan kendaraan dari lorong ke lorong kota.

Memang, bukan hal yang baru tentang bisnis penjualan batang pisang. Kalau tidak salah, di beberapa tempat batang pisang dijual untuk dijadikan sayur. Tentu saja, tidak semua bagian dari batang.

Di Manggarai dan di Flores umumnya, elong atau batang pisang biasanya dijadikan sebagai pakan ternak, terlebih khusus ternak babi. 

Biasanya, batang pisang diiris tipis-tipis. Kemudian dimasak dan dicampur dengan pakan yang lain seperti nasi sisa, dedak padi, dan daun-daunan. Batang pisang bisa memperbanyak makanan babi.

Peternakan babi menjadi salah satu usaha yang ditekuni dan digemari di NTT secara umum.

Daging babi sudah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat. Terlebih lagi, babi dipakai untuk acara-acara pesta yang jumlahnya tak sedikit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun