Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Cara Bertoleransi Demi Kepentingan yang Berpuasa

25 Maret 2023   07:26 Diperbarui: 25 Maret 2023   07:36 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toleransi adalah sikap dasar yang perlu kita bangun dan miliki dalam lingkungan yang plural, baik agama, budaya, politik, maupun sosial. Ketika toleransi tak terbangun dan hilang dari sebuah lingkup sosial, pada saat itu pula akan terjadinya pertentangan yang bisa berujung pada konflik. 

Sebaliknya, ketika ada toleransi, ada peluang terciptanya damai di antara perbedaan-perbedaan. 

Tak gampang untuk membangun sikap toleransi. Alasannya soal pola pikir, terlebih khusus pola pikir yang sudah terbangun pada sistem lingkungan yang monoton, di mana tak pernah menghadapi perbedaan atau juga tinggal di lingkungan yang mayoritas.

Untuk itu, kita perlu membangun sikap toleransi lantaran perbedaan sangat sulit untuk dihindari dan dijauhi. Terlebih lagi di tengah perkembangan jaman saat ini, di mana informasi menyebar dengan cepat. 

Caranya kita mulai dari langkah yang sederhana. Bisa mulai dari keluarga, lingkungan sekolah, tempat kerja, dan lingkungan sosial. Kita bisa mulai dari relasi kita dengan sesama. 

Selain itu, sikap ini tak semata-mata juga terbangun antara pemeluk agama yang berbeda, tetapi juga bisa terbangun antara individu yang mempunyai perbedaan laku, cara pandang politik, dan budaya. Lantas, bagaimana kita membangun toleransi?

Pertama-tama, kita perlu menerima dan mengakui perbedaan yang terjadi di sekitar kita. Perbedaan tak boleh dipandang sebagai ancaman. Perbedaan adalah kenyataan yang harus diterima. 

Penerimaan itu bukan berarti kita menjadi bagian darinya, tetapi kita mengakui bahwa perbedaan itu sebagai sesuatu yang unik. Sesuatu yang bisa memberikan warna untuk kehidupan sekaligus memberikan kekayaan bermakna. 

Setelah menerima perbedaan itu, kita patutnya belajar darinya. Proses belajar ini bukan bertujuan agar kelak kita mengikuti dan memeluk perbedaan itu, tetapi agar kita mengerti dan memahami. Pengetahuan itu bisa menjadi landasan bagi kita saat kita melihat dan bergaul dengan mereka yang berbeda dari entitas kita. 

Sewaktu masih kuliah di seminari, kami belajar tentang Agama Islam. Pengajarnya adalah seorang pastor Katolik yang pernah studi tentang Islam di Roma dan di Mesir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun