Manajer Barcelona, Xavi Hernandez mengalami situasi sulit di ajang Liga Champions Eropa 2022/23. Barcelona terancam turun kasta. Tak lolos babak 16 besar Liga Champions. Situasi ini akan mengulangi jalan Barca pada musim lalu, di mana Barca harus bermain di Piala Eropa, tetapi kemudian tersinkir di perempat final.Â
Perbedaannya, pada musim lalu Barca mengalami beberapa situasi rumit seperti masa kepelatihan Xavi yang masih hijau di Barca menggantikan Ronald Koeman yang dipecat, ketersediaan pemain, dan masa transisi kepemimpinan di klub yang baru dimulai.Â
Pada musim ini, wajah Barca berubah drastis di mana Xavi mendapat kepercayaan penuh dari klub dengan menguatkan skuad tim. Tak tanggung-tanggung, Barca berhasil mendapat 5 pemain berkualitas musim ini. Dari sisi amunisi sebenarnya Barca dipandang sebagai salah satu favorit di Liga Champions Eropa musim ini.Â
Walau demikian, Barca yang berada di Grup C, yang dikategorikan sebagai grup neraka berjalan tanpa pasti. Dari empat laga, Barca hanya satu kali menang kontra Viktoria Plzen. Dua kali kalah kontra Bayern Muenchen dan Inter Milan dan sekali imbang kontra Inter Milan di leg ke-2.Â
Tertinggal dua laga tersisa, dan Barca harus memenangkan dua laga ini sembari berharap Inter Milan menghadapi kekalahan di dua laga terakhir. Terlihat mustahil, namun Barca perlu tetap berharap.Â
Hasil imbang 3-3 kontra Inter di San Camp Nou (13/10/22) menunjukkan beberapa titik lemah dari Barca, terlebih khusus taktik yang dimainkan oleh Xavi.Â
Pertama; Xavi Tak Nekat MelakukanTerobosan
Kecenderungan Xavi adalah berpaku pada skuad yang satu dan sama, walaupun skuad itu sudah mentok ketika menghadapi tim yang sama.Â
Misalnya, skuad yang dimainkan Xavi kontra Inter dalam dua kesempatan. Di leg pertama di mana Inter menang 1-0, Xavi memainkan nama-nama yang persis sama.Â
Perubahan hanya terjadi pada sisi bek yakni Gerard Pique masuk menggantikan peran Andreas Christensen yang menderita cedera saat Barca bertandang ke San Siro.Â