Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cara Orangtua Mengajari Anak tentang Hidup Beragama

7 Oktober 2021   19:24 Diperbarui: 14 Oktober 2021   08:50 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak belajar tentang hidup beragama.| Foto: Kompas.com/Ira Rachmawati

Pendidikan tentang agama menjadi ampuh diajarkan tidak hanya lewat buku-buku keagamaan, cerita-cerita orang-orang suci, atau pun lewat kesetiaan mengikuti perayaan-perayaan keagamaan.

Pendidikan agama itu bisa diajarkan lewat cara hidup orangtua. Kesaksian hidup orangtua sebagai orang beragama sangat perlu ditunjukkan dalam kehidupan berkeluarga. Tujuannya, agar anak bisa mengikuti jejak yang sama.

Kesaksian hidup bukan sekadar soal kesetiaan mengikuti ritus keagamaan seturut hari atau waktu yang telah ditetapkan agama. Akan tetapi, kesaksian hidup berupa cara hidup harian yang mengikuti nilai-nilai keagamaan.

Misalnya, kesaksian hidup untuk tidak bermain judi. Orangtua seyogianya tidak mempraktikan hal ini karena ini umumnya bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan.

Menjadi sulit mengajarkan anak ketika orangtua tak menghidupi nilai-nilai keagamaan yang diajarkan. Persoalannya, ketika orangtua meminta anak untuk mengikuti kegiatan keagamaan tertentu ataupun menghargai kehidupan keagamaan. Anak pasti sulit mengikuti karena mereka tidak menemukan kesaksian hidup seturut apa yang diperintahkan.

Apabila orangtua tak memiliki kesaksian hidup keagamaan yang baik, hal itu bisa memengaruhi pandangan anak tentang agama yang dianuti. Pasalnya, mereka tidak melihat bukti nyata antara pesan agama dengan cara hidup harian.

Agar anak bisa menghargai agama yang dianutinya, orangtua perlu menunjukkan kesaksian hidup seturut pesan-pesan luhur dari agama yang dianuti.

Kedua, Berdoa bersama sebagai keluarga.

Berdoa menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup beragama. Ketika orang tak berdoa, pada saat itu dia seolah berhenti dari statusnya sebagai orang bergama.

Lantas, dalam konteks keluarga, berdoa mesti menjadi bagian yang tak terpisahkan. Keluarga seharusnya memberikan waktu untuk berdoa bersama. Bukan saja menunggu perayaan besar baru berdoa bersama sebagai satu keluarga.

Saya masih ingat yang disampaikan oleh pemimpin Agama Katolik, Paus Fransiskus saat melakukan pertemuan dengan utusan keluarga-keluarga di Manila. Beliau mengatakan bahwa "keluarga yang berdoa bersama, akan selalu tinggal bersama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun