Semakin banyak pemain baik, bisa membuat pelatih menjadi bingung. Belum lagi reaksi dari suporter yang mempunyai selera tersendiri.
Bagaimana pun, suporter Inggris terkenal ramai. Salah langkah, Southgate bisa "disalibkan" oleh keriuhan supoter Inggris.
Faktor Southgate yang pernah membawa Inggris hingga semifinal Piala Dunia 2018 sangatlah penting. Pastinya, Southgate sudah tahu seluk beluk timnya. Termasuk mengenal para pemainnya dan meramu mereka menjadi tim yang solid.
Selain itu, tren positif tim-tim di Liga Inggris di daratan Eropa. Secara umum, para pemain yang dipanggil oleh Southgate tampil gemilang bersama tim yang mereka bela.
Bahkan di antaranya menjadi calon bintang masa depan. Sebut saja trio pemain muda masa depan seperti Jadon Sancho, Mason Mount, dan Phil Foden. Memiliki tiga anak muda ini dalam skuad menjadi pemandangan yang cukup menarik dan sekaligus mewanti-wanti tim-tim lawan.
Akan tetapi, situasi ini bisa menjadi batu sandungan. Ego kebintangan bisa menjadi halangan tim bermain seturut yang dikehendaki oleh pelatih.
Maka dari itu, Southgate harus tetap waspada dengan ego para pemain yang bisa mementingkan faktor kebintangan dan mengesampingkan prestasi timnas. Bukan rahasia lagi kalau kompetesi seperti Piala Eropa menjadi arena naik panggung untuk bisa menarik klub-klub mapan di Eropa.
Selain itu, umumnya para pemain berasal dari klub yang berbeda. Peran dan pengaruh di klub juga berbeda. Ada yang menonjol, dan ada pula yang tidak.
Situasi ini perlu direkonsilasi. Tujuannya, agar para pemain tidak merasa diri seperti di klub yang mereka belah.
Southgate pasti sudah mengantisipasi setiap kemungkinan yang terjadi di timnas Inggris. Kabar baiknya, klub-klub di Liga Inggris berjaya di pentas Eropa pada musim 2020/21. Kejayaan ini bisa menjadi momentum bagi timnas Inggris membangun optimisme di Piala Eropa 2020.
Salam Bola