Kegagalan adalah pelajaran yang paling berharga. Demikian ungkapan yang kerap berada di balik cerita-cerita sukses.
Ya, sangat jarang kesuksesan terpisah dari kegagalan. Kerap kali terjadi kegagalan menjadi titik balik yang mengubah alur kehidupan menuju tangga kesuksesan.
Bahkan kegagalan itu pun bisa menambah pengetahuan mengenai pelbagai kemungkinan agar tidak jatuh pada kesalahan yang sama.
Manchester City pasti merenungi dua kekalahan dari Chelsea yang terjadi dalam jangka waktu yang relatif berdekatan. Hal ini juga tak lepas dari persiapan dari pertemuan kedua tim yang akan terjadi pada final Liga Champions mendatang.
2 kali Thomas Tuchel, pelatih yang baru direkrut Chelsea di awal tahun 2021 ini berhasil mengalahkan Manchester City yang dilatih oleh Pep Guardiola pada 2 kompetesi berbeda. Kekalahan di semifinal Piala FA (17/4/21) dan kekalahan di Liga Inggris (8/5/21)
Karena ini, tak sedikit pihak pun yang menilai bahwa Chelsea berpeluang besar meraih trofi Liga Champions. Thomas Tuchel berhasil mengubah mentalitas Chelsea. Terbukti, Chelsea berhasil menpecundangi Man City, tim yang sejauh ini dipandang terkuat di Liga Inggris pada musim ini.
Tentu saja, kemenangan ini merupakan suntikan moral bagi Chelsea. Mentalitas semakin menguat. Rasa ragu untuk mengalahkan Man City di final Liga Champions bukanlah pekerjaan yang mustahil. Segala sesuatu sangat terbuka.
Akan tetapi, pada kubu Man City, kekalahan dari Chelsea bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga. Lebih baik dikandaskan lebih awal daripada merasa diri superior. Paling tidak, Man City merasa bahwa ada kelemahan di dalam tim yang perlu untuk dibenahi sebelum memainkan laga final Liga Champions.
Trofi Liga Champions seolah menjadi target utama Man City. Untuk meraih target ini, Man City harus bekerja ekstra keras. Pasalnya, Chelsea bukan lagi tim yang pincang sebagaimana di bawah komando Frank Lampard.
Faktor Tuchel telah mengubah wajah Chelsea. Pola permainan berkembang. Para pemain yang gagal memberikan performa terbaik di awal musim pun mulai menemukan ritme terbaik di bawah asuhan mantan pelatih Dortmund dan PSG ini.
Paling kurang, Pep sudah bisa mengenal taktik yang dimainkan oleh Tuchel di Chelsea. Memang, pertemuan antara Tuchel dan Pep bukanlah hal baru. Mereka sudah pernah bertemu saat keduanya melatih klub-klub di Bundesliga, Jerman. Namun, pertemuan-pertemuan mereka sebelumnya berada pada tim-tim yang berbeda.
Kali ini, pertemuan keduanya berada di dua klub yang mempunyai kualitas pemainan yang mumpuni. Bagaimana pun, taktik seorang pelatih sering berjalan dengan baik apabila ditunjangi oleh kualitas skuad yang dimiliki.
Dengan demikian, pertemuan antara Pep dan Tuchel terasa berbeda karena mereka berada di tim yang berbeda. Barangkali saat mereka melatih tim di Jerman, keduanya mempunyai kekuatan skuad yang sangat berbeda. Jadinya, Pep yang melatih Bayern Munchen kerap unggul dari Tuchel yang melatih Mainz dan Dortmund.
Di liga Inggris situasi sudah berbeda untuk Tuchel. Chelsea mempunyai skuad yang terbilang komplit. Dengan skuadnya ini, Chelsea bisa mengimbangi kemampuan Man City. Bahkan Chelsea berhasil mengalahkan Man City dalam waktu yang relatif singkat.
Pada titik ini, perang taktik antara pelatih menjadi tak terhindarkan. Semakin sering bertemu, semakin para pelatih familiar dengan taktik di antara satu sama lain. Jadinya, salah membuat taktik atau keliru membaca taktik lawan bisa berujung pada kekalahan.
Maka dari itu, 2 pertemuan antara Chelsea dan Man City yang sudah terjadi pada sebulan terakhir ini bisa memberikan keuntungan tertentu untuk masing-masing tim.
Bagi Man City, kendati Chelsea unggul di dua laga itu, Man City pasti sudah mempunyai poin dalam mempelajari permainan Chelsea. Pendeknya, Man City bisa belajar dari kegagalan itu. Pastinya, ada kelemahan dari Chelsea yang terlihat, terbaca, dan bisa dimanfaatkan di Final Liga Champions.
Jadinya, laga final Liga Champions bisa menjadi momen bagi Man City untuk tampil lebih waspada lagi. Kegagalan di dua laga tidak boleh diperpanjang yang berujung pada keberhasilan Chelsea meraih trofi Liga Champions.