Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Prioritas Hidup Rohani Kita, Antara Mengoleksi Materi dan Kebaikan

5 Mei 2021   20:04 Diperbarui: 5 Mei 2021   20:14 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengoleksi barang. Sumber foto: pixabay via Pexels.com

Sepekan yang lalu, seorang mantan guru yang sekaligus kolektor barang antik di kota saya menetap di Filipina meninggal dunia. Kematiannya berhubungan dengan Covid-19. Makanya, beliau dikremasi.

Beliau termasuk orang yang terkenal di kota ini. Bukan hanya jasanya sebagai guru SD, tetapi sebagai seorang aktivis dan pelaku seni budaya. Beberapa kali beliau pernah ke Indonesia. Dari Indonesia, dia pernah membawa ole-ole tiga buah angklung.

Di balik kematiannya itu, cerita pun melingkupi koleksi barang-barang antiknya. Kabarnya, dia menjadikan lantai pertama dari rumahnya sebagai museum mini. Pelbagai jenis barang antik berada di museum itu.

Seorang teman yang kenal dekat dengan beliau menyayangkan koleksi barang-barang antiknya. Pasalnya, sebelum beliau meninggal, dia tidak sempat untuk memberikan atau mewariskan barang-barang antik itu. Bisa jadi barang-barang antik itu diperebutkan oleh anggota keluarga, tidak diperhatikan, dan bahkan hilang begitu saja.

Beruntung beliau termasuk orang yang sangat aktif. Keaktifan dalam pelbagai kegiatan sosial membuat dia terkenal di mata banyak orang. Jadi, selain dikenal sebagai kolektor barang antik, dia juga dikenal sebagai sosok yang banyak melakukan kebaikan.  

Dua sisi kehidupan yang diperankannya. Pada satu sisi, dia memainkan peran sebagai kolektor barang-barang antik. Pada pihak lain, dia berupaya memberikan banyak waktu untuk melakukan pelbagai kegiatan bermanfaat dan berguna bagi sesama.

Hemat saya, ketika dia hanya dikenal sebagai kolektor barang-barang antik, beliau gampang dilupakan. Yang dipikirkan orang-orang hanya barang-barang antiknya. Bahkan ada pula yang menyesalkan karena beliau menghabiskan banyak uang untuk mengoleksi dan merawat barang-barang antiknya.

Namun, berkat kebaikan yang ditunjukkannya, dia dikenang dengan sangat mendalam. Bahkan upacara pemakaman dan riwayat hidupnya dimuat di koran lokal dan dibicarakan di radio. Pembicaraan pun bukan sebagai kolektor barang-barang antik, tetapi sebagai seorang sosok yang telah bermanfaat bagi masyarakat.

Hal ini bisa mengingatkan prioritas kita. Apa prioritas kita di dalam hidup? Mengoleksi barang ataukah mengoleksi kebaikan?

Saya sering mendengar pendapat seperti ini. Berapa pun jumlah barang yang kita kumpulkan di dunia ini, kita tidak akan bisa membawa ke akhirat.

Sebagai umat beriman, kita seyoginya menomorsatukan untuk mengoleksi kebaikan. Melakukan kebaikan merupakan prioritas hidup rohani kita.

Bahkan bila perlu kita tidak boleh menghitung jumlah kebaikan yang kita lakukan. Kita mengoleksi kebaikan sampai kita pun tidak tahu berapa jumlah kebaikan yang kita lakukan.

Barangkali kalau mengoleksi barang kita gampang menghitungnya. Kita gampang mengingat darimana barang yang kita peroleh.

Melakukan kebaikan sekiranya tidak dihitung. Semakin sering kita melakukan kebaikan, semakin kuat kesadaran kita bahwa kebaikan adalah prioritas dari kehidupan kita.

Lebih jauh, mengoleksi kebaikan merupakan ekspresi iman kita kepada Allah. Kita mewujudnyatakan iman yang kita yakini lewat perbuatan nyata kepada sesama. Jadi, kita beriman soal apa yang terucap lewat bibir dan tertulis di kertas. Akan tetapi, beriman dengan cara melakukan kebaikan. 

Maka dari itu, tak masalah kalau kita menjadi kolektor barang-barang tertentu. Namun, kita tidak boleh melupakan prioritas kita, yakni melakukan kebaikan.

Juga, kalau kita mengoleksi barang tertentu, sekiranya hal itu tidak mengorbankan diri kita, relasi kita dengan sesama, dan bahkan menghancurkan orang lain dan ciptaan Tuhan. Kalau kita mengoleksi barang tertentu, kita sekiranya mengimbangi aksi itu dengan upaya untuk melakukan kebaikan sebanyak mungkin.

Kalau boleh, mengoleksi kebaikan jauh melampaui barang yang kita kumpulkan. Toh, pada akhirnya kita akan lebih dikenang karena kebaikan daripada barang yang kita kumpulkan. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun