Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketidakstabilan Tottenham dan Pelajarannya bagi Ole Gunnar Solskjaer

14 Januari 2021   10:16 Diperbarui: 15 Januari 2021   04:12 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukacita Ole Gunnar Solksjaer dan para pemain MU ketika berhasil memenangkan laga kontra Burnley. Kemenangan ini mengantarkan MU ke pimpinan sementara Liga Inggris. Sumber foto: Getty Images via Goal.com

Pada 6 Desember 2020, Tottenham Hotspur berhasil duduk di puncak klasemen sementara Liga Inggris. Pencapaian yang cukup memuaskan sang pelatih, Jose Mourinho.

Di tengah sengitnya persaingan di liga Inggris, Mourinho terlihat berhasil mengembalikan performa terbaik Tottenham. Asa untuk menjadi peraih trofi Liga Inggris musim 2020/21 kian menggelora.

Namun, situasi berubah begitu cepat. Tottenham terantuk di tangan Liverpool (17/12/20). Kekalahan ini seolah menjadi awal ketidakstabilan Tottenham. Posisi Tottenham pun perlahan melorot. Hingga pekan ke-17 kompetesi Liga Inggris, Tottenham sudah berada di posisi 7 klasemen sementara Liga Inggris dengan mengumpulkan 30 poin.

Asa untuk merengkuh juara sepertinya terbang begitu cepat dari langit Tottenham. Situasi ini tak lepas dari tujuh penampilan terakhir Tottenham. Dari tujuh laga di Liga Inggris, Tottenham hanya berhasil meraih 1 kemenangan, 4 kali seri dan 2 kali kalah. Catatan ini menunjukkan bahwa pasukan Jose Mourinho terjerembab di jurang ketidakkonsistensi.

Jarak poin Tottenham dengan pemuncak klasemen Manchester United sudah berbeda 6 poin. Memang jaraknya tidak terlalu jauh bila menimbang suhu kompetesi Liga Inggris. Dalam mana, dominasi kekuatan satu klub pada musim ini itidak terlalu kentara.

Namun, jarak ini perlu diperhitungkan. Tim-tim yang berada di atas Tottenham, seperti Liverpool, Man City, Leicester City, dan Everton juga tentu tidak mau tunduk begitu saja pada kompetesi. Mereka pasti berupaya mempertahankan tempat di klasemen Liga Inggris termasuk berupaya mencuri peringkat teratas.

Sewaktu Tottenham  tampil konsisten, Manchester United masih berjuang mencari ruang untuk menemukan performa terbaik. Bahkan di balik upaya itu, isu tidak sedap menghampiri MU, termasuk pemecatan Ole Gunnar Solskjaer.

Solskjaer berhasil membalikkan keadaan. Perlahan tetapi pasti, MU merangkak naik dari papan tengah klasemen Liga Inggris. MU mulai tampil konsisten.

Konsistensi MU berhasil mengantarkan tim yang berjulukkan Setan Merah ini pada puncak klasemen. Terakhir kali MU berada di puncak klasemen Liga Inggris di musim 2012/13. Rasanya, keberadaan MU di puncak klasemen membawa ingatan pada masa kejayaan mereka di tahun 90-an di bawah kendali Sir Alex Ferguson.

Tentunya, MU tidak boleh jumawa. Liverpool dan Manchester City masih terhitung sebagai pesaing terkuat untuk menyingkirkan MU dari puncak klasemen. Jarak poin dari ketiga tim tidak terbilang jauh. Juga, Liverpool dan Man City mempunyai kedalaman skuad yang bisa membuat kedua tim terus tampil konsisten sepanjang musim.

Selain itu, MU juga mesti waspada pada hantu ketidakstabilan tim. Situasi yang dialami Mourinho bisa saja menghantui pasukan MU apabila tidak mempertahankan ritme permaian yang sama hingga akhir musim.

Barangkali salah satu cara bagi Solskjaer mempertahankan kestabilan tim adalah tetap menjaga performa para pemain. Uji coba sistem dan pola permainan tim tidak perlu terlau dilebih-lebihkan.

Sistem yang memberikan kestabilan permainan tim di lapangan hijau perlu dipertahankan. Dengan kata lain, utak-atik skuad diminimalisir. Tetap mempertahankan skuad yang bisa menjaga kestabilan tim.

Lebih dari itu juga, MU perlu tetap menjaga mentalitas. Andaikata MU tersungkur di tangan Liverpool (18/1) dalam lanjutan laga Liga Inggris pada pekan ini, MU tidak boleh larut dalam situasi kekecewaan. Sebaliknya, itu bisa menjadi pelajaran untuk menjalani pertandingan demi pertandingan berikutnya.  

Kekalahan itu bukanlah akhir sebuah kompetesi. Malahan, itu bisa alarm bagi MU untuk tidak lengah.

Tak jarang, kekecewaan bisa menjadi batu sandungan. Bahkan itu bisa menjadi sebab dari turunnya performa sebuah tim.

Ketidakstabilan Tottenham pada musim ini bermula ketika mereka tumbang di tangan Liverpool (17/12/20). Sejak saat itu, Tottenham hanya sekali merengkuh kemenangan, 2 kali kalah dan 4 kali seri. Situasi ini bisa menjadi pelajaran serius bagi Ole Gunnar Solskjaer apabila menghadapi situasi yang sama dalam laga kontra Liverpool pada pekan ini.

Tentunya, MU tidak mau mengikuti jejak anak-anak asuh Mourinho. Kalah tidak boleh menjatuhkan mentalitas tim.

Lebih jauh, MU seyogianya menghadapi pertandingan kontra Liverpool laiknya sebagai tim peringkat nomor 1. Betul-betul menunjukkan diri sebagai tim yang perlu diperhitungkan pada musim ini, dan bukan lagi tim yang hanya mencari posisi di empat besar.

Tempat di klasemen pertama Liga Inggris itu tidak boleh dibiarkan begitu saja pergi ke tangan Liverpool. Kemenangan kontra Liverpool pada pekan ini bisa memperlebar jarak MU dari Liverpool dengan 6 poin. Juga, ini bisa mempertebal mentalitas anak-anak asuh Solskjaer untuk mengamankan tempat di puncak klasemen Liga Inggris.

Untuk tetap mempertahankan mentalitas yang sementara on fire dan kestabilan penampilan skuad, Solskjaer perlu juga bercermin dari Mourinho. Ketidakstabilan bisa saja terlahir ketika kekalahan terjadi di laga krusial yang berujung pada anjloknya mentalitas tim. Harapannya, situasi yang sama tidak terjadi di kubu Old Trafford.

Salam  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun