Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Belanja Seperlunya dan Batasi Diri Mengumpulkan Barang

2 Januari 2021   19:55 Diperbarui: 26 November 2021   06:21 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja (Sumber: www.freepik.com)

Tahun lalu, 2020, saya tak sekali pun membeli pakaian. Biasanya, hampir setiap tahun saya membeli pakaian baru. Umumnya, membeli pakaian karena mau ikut model dan tren tertentu. 

Situasi berubah ketika saya melihat lemari pakaian. Lemari sesak karena ditumpuki oleh pelbagai jenis pakaian. Ada beberapa pakaian yang jarang terpakai. Bahkan dalam setahun ada pakaian yang tak tersentuh sama sekali.

Ada pakaian yang memang kerap terpakai. Alasannya karena faktor pekerjaan dan kesukaan. Kalau ada acara-acara tertentu, hanya pakaian yang disukai yang terpakai. Jadinya, ketika pakaian tertentu sudah tidak disukai, pakaian-pakaian itu hanya menumpuk saja di lemari.

Makanya, di awal tahun lalu saya berkomitmen untuk sebisa mungkin mengenakan pakaian yang ada di lemari pakaian. Tidak lagi pilih-pilih di antara suka dan tidak. Lebih pada nilai fungsi dari pakaian itu sendiri. kalau nyaman untuk momen tertentu, pakaiannya dipakai. Daripada rusak tak terpakai, lebih baik dipakai kalau memang situasi memungkinkan.

Selain itu, saya juga menyetop untuk membeli pakaian. Kontrol diri untuk tidak melihat dan mengecek model pakaian. Jadinya, setahun tak sekali pun membeli pakaian baru. Ada kepuasaan karena pakaian yang lama ditumpuk di lemari bisa terpakai.

Kalau memang ada pakaian baru, itu pun hasil pemberian dari orang lain. Pakaiannya pun tak sekadar disimpan, diusahakan untuk dipakai walaupun modelnya tidak sesuai dengan preferensi pribadi. Tujuannya hanya satu, agar pakaiannya tidak sekadar menumpuk di lemari pakaian.

Selain itu, kalau ukuran sudah tidak pas untuk ukuran badan, saya berusaha untuk mencari orang yang mau menggunakannya. Bersyukur ada beberapa orang yang begitu senang ketika saya memberikan beberapa pakaian yang sudah tidak pas di tubuh. Karenanya, pakaian yang tersimpan di lemari bukan sekadar tumpukan baju.

Soal membeli pakaian kerap menjadi salah satu persoalan, apalagi kalau membeli baju hanya karena ikut model dan tren terbaru.

Pada saat model dan tren berlalu, pakaian itu pun bisa ditumpuk saja di lemari. Persoalannya saat hal ini kerap dilakukan, jumlah pakaian menjadi banyak dan kerap terkesan menjadi tumpukan di lemari pakaian.

Saudari saya mempunyai kecenderungan untuk membeli baju baru setiap kali gajian setiap bulan. Persoalan menghampirinya ketika jumlah pakaiannya menjadi banyak.

Ukuran lemarinya tidak lagi memuat jumlah baju yang dimiliki. Dia pun memutuskan untuk membeli lemari baru. Membeli lemari baru pun memberikan peluang untuk membeli banyak baju baru.

Persoalan tidak terselesaikan. Malah, hal itu membuka pintu baru untuk memperpanjang persoalan lama.

Membeli dan mengumpulkan baju memang hak setiap orang. Namun, ketika kebiasaan ini hanya menjadi beban.

Dalam arti, jumlah baju begitu banyak sementara itu kita tidak tahu bagaimana untuk mengenakannya. Baju bertumpuk tetapi tidak setiap saat kita bisa mengenakan pakaian baru.

Pengalaman di tahun 2020 lalu mengajarkan untuk berbelanja hal-hal yang seperlunya. Tidak terlalu ikut model dan tren. Juga, membeli sesuatu hanya karena faktor manfaat dan bukan untuk dikumpulkan.

Maka dari itu, saya pun terus berkomitmen di tahun baru, 2021. Sebisa mungkin mengurangi membeli barang baru, termasuk pakaian baru dan berusaha sebisa mungkin untuk memanfaatkan barang yang ada dengan baik. Prinsipnya, setiap barang yang dimiliki mempunyai manfaat dan bisa dipakai untuk kesempatan-kesempatan tertentu.

Membeli dan mengumpulkan pakaian mungkin hanya salah satu contoh. Boleh juga, kebiasaan yang sama diterapkan pada hal-hal lain. Misalnya, kebiasaan mengumpulkan barang-barang tertentu. Hanya dipakai pada saat-saat awal dibeli, namun kemudian ditepikan di sudut rumah.

Daripada membeli untuk ditumpuk dan mengikuti kesenangan semata, lebih baik membeli karena kebutuhan dan fungsi dari barang tersebut. Membeli seturut kebutuhan dan fungsi kerap memberi manfaat dan memberikan kepuasaan batin dalam membeli barang tersebut.   

Cara seperti ini memberikan keuntungan lain. Uang untuk beli baju bisa dialihkan untuk kebutuhan lain. Bisa juga, uang untuk beli baju ditabung sebagai antisipasi apabila persoalan terjadi.

Membeli dan mengumpulkan barang bukanlah sebuah tindakan bijak. Ini bisa memusingkan kepala karena kita tidak tahu bagaimana menyimpan dan mengaturnya di rumah. Daripada menjadi pusing karena jumlah barang yang banyak, apa salah mulai mengontrol diri untuk membeli barang baru. Membeli seperlunya dan sesuai dengan kebutuhan.

Salam 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun