Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Edhy Tersangka, Prabowo Terpukul, dan Jokowi Tersudut?

26 November 2020   06:51 Diperbarui: 26 November 2020   06:59 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edhy Prabowo, Menteri Kelautan dan Perikanan tertangkap oleh KPK karena dugaan kasus suap ekspor benih lobster. Sumber foto: Dok. KKP via Kompas.com

Penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Edhy Prabowo oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) cukup mengejutkan publik tanah air. Edhy menjadi orang pertama dari kabinet Jokowi -- semoga hanya satu-satunya -- yang ditangkap karena dugaan suap ekspor benih lobster.

Penangkapan Edhy ini paling tidak memengaruhi dua figur penting di pemerintahan, yakni Prabowo dan Jokowi. Bagi Prabowo, Edhy termasuk orang penting dari partainya, Gerindra.

Pastinya, pemilihan Edhy masuk ke kabinet Jokowi juga seturut rekomendasi Prabowo, ketua umum partai. Pasalnya, dari sekian kader yang dimiliki Gerindra, Edhy-lah yang terpilih untuk mendampinginya berada di kabinet. Bisa jadi, Prabowo mengenal baik kualitas Edhy untuk mewakili partai di tubuh kabinet.

Namun, situasi berbeda setelah insiden penangkapan oleh KPK. Prabowo barangkali malu karena kader yang sekaligus menteri dari partainya terjebak dalam sebuah kasus korupsi. Pukulan yang cukup serius, bukan saja untuk reputasi partainya sendiri, tetapi reputasi Prabowo sebagai ketum dan menteri kabinet.

Bukan rahasia lagi jika Prabowo tetap menjadi salah satu pacuan terdepan Pilpres 2024. Tempat dan reputasinya di kabinet bisa menjadi investasi besar untuk mendapatkan tempat di Pilpres. Hal ini pun mesti diimbangi oleh kekuatan partai dan kualitas para kader.

Akan tetapi, penangkapan Edhy seolah menjadi pukulan yang serius bagi Prabowo dan partai. Boleh jadi, reputasi partai bisa menjadi gorengan tim oposisi apabila Prabowo maju dalam kontestasi Pilpres. Dengan ini pula, Prabowo bisa saja merasa sulit untuk menunjukkan kredebilitas partai bebas dari korupsi.

Penangkapan Edhy ikut mencederai nama partai Gerindra dan reputasi Prabowo di kabinet. Alih-alih ingin menunjukkan reputasi bersama kabinet Jokowi, Gerindra dan Prabowo malah terantuk oleh penangkapan Edhy, salah satu orang terpenting partai.

Pada titik ini, Gerindra dan Prabowo seyogianya berupaya untuk mengembalikan citra mereka apabila mereka ingin tetap menginginkan kursi nomor 1 RI. Kalau tidak, kursi nomor 1 hanya bisa menjadi angan-angan di tangan Gerindra.

Penangkapan Edhy juga mempengaruhi citra Jokowi selaku kepala negara dan kabinet. Bagaimana pun, Edhy adalah salah satu anak buahnya yang tergabung dalam kabinetnya. Ini bisa menyudutkan Jokowi yang ikut berperan membawa Edhy ke lingkaran kabinet.

Melihat status Edhy sebagai kader partai dan juga partai oposisi sewaktu pilpres, tentunya banyak pihak melihat langkah Jokowi sarat kepentingan. Jokowi memilih Edhy dari orang partai dan menggeser Susi Pudjiastuti yang berasal dari kalangan non partai. Penentuan ini sudah membahasakan keterikatan Jokowi pada kepentingan politik.    

Kepergian Susi dari kabinet Jokowi sempat mengundang banyak tanya. Sampai saat ini sangat sulit mencerna alasan Jokowi lebih memiliha Edhy dan membiarkan Susi pergi. 

Padahal, Susi terbilang sebagai salah satu menteri favorit di mata masyarakat. Hanya satu titik di balik tanda tanya penempatan Edhy dan dan menggeser Susi yakni motif politik.

Langkah Jokowi di periode ke-2 ini terbentur oleh penangkapan Edhy. Jokowi barangkali tersudut oleh langkahnya. Edhy terbentur kasus di KPK dan nama Susi malah mengangkasa. Sementara Jokowi bisa saja tersudut oleh situasi ini. Pastinya, banyak suara kritis yang meminta pertanggung jawaban Jokowi dalam hal memilih Edhy dan membiarkan Susi pergi.

Langkah politik yang tidak tepat. Resikonya pun sudah berada di depan mata Jokowi. Jokowi harus segera bertindak untuk membetulkan langkah politiknya. Pada titik ini, Jokowi sekiranya merem diri untuk mengambil sosok dari kalangan partai guna menggantikan Edhy.

Sekiranya kembali pada langkah di periode pertama. Dalam mana, menetapkan tokoh yang berasal dari kalangan profesional. Hemat saya, menetapkan sosok dari kalangan partai politik untuk menggantikan Edhy bisa saja menambah beban Jokowi. Publik pun akan mempertanyakan komitmen Jokowi dalam membenarkan persoalan yang terjadi.

Dengan memilih kalangan profesional, Jokowi bisa menunjukkan diri terbebaskan dari keterikatan kepentingan politik di dalam kabinetnya. Barangkali ini bisa menjadi langkah taktis Jokowi untuk keluar dari sudut sempit karena todongan kritik banyak pihak.

Penangkapan Edhy seolah memukul dua sosok sekaligus. Jokowi dan Prabawo. Pukulannya berdampak pada reputasi keduanya. Karenanya, kedua harus berupaya mengembalikan reputasi mereka agar tidak terjebak dalam jurang kelam yang semakin dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun