Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Belajar Agama, Bukan Sekadar Dihafal tapi Dihidupi

23 November 2020   19:57 Diperbarui: 24 November 2020   21:23 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pelajaran Agama. Sumber foto: Pexels.com

Tak hanya itu, kegiatan keagamaan juga tidak terlepas dari kehidupan sekolah. Ada sekolah yang mengintegrasikan kegiatan keagamaan dengan aktivitas sekolah. Tujuannya agar siswa betul-betul berakar pada kehidupan keagamaan yang mereka miliki.

Dengan itu, pelajaran agama pun sekiranya bukan soal text book, ujian di akhir semester, serta soal hafal dan melafal. Pelajaran agama menyangkut kehidupan setiap siswa. 

Pada saat seorang siswa berhasil menghidupi kehidupan agamanya dengan baik, pada titik itu pula dia bisa dinilai sudah sukses dalam menghidup pelajaran agama di sekolah. 

Sebaliknya pula, ketika seorang siswa mendapat nilai bagus lewat ujian, namun kehidupan agama kurang baik, ini menunjukkan ketimpangan. Ketimpangan antara teori dan praktis. Teori begitu bagus, tetapi praktis begitu lemah. Dengan ini pula, pelajaran agama hanya berupa formalitas untuk mendapatkan nilai baik atau juga sekadar cara untuk memenuhi tuntutan di sekolah. 

Sejatinya, setiap pelajaran di sekolah berbuah lewat kehidupan nyata. Apalagi pelajaran agama. Buah yang sangat diharapkan itu nampak lewat cara hidup seorang siswa, dalam mana dia tahu menghormati agamanya sendiri dan menunjukkan diri sebagai seorang beragama. 

Lebih luas lagi, hal ini menyata lewat upaya menghormati sesama yang berbeda ajaran agama. Kalau hal ini terjadi, dampak pelajaran agama di sekolah sangat luar biasa.  

Metode yang paling ampuh adalah menghidupi apa yang dipelajari di sekolah, termasuk pelajaran agama. Bahan-bahan yang terkandung di dalam pelajaran agama sekiranya menjadi bagian dari cara hidup seorang siswa. 

Dengan itu pula, proses penilaian tidak semata-mata pada apa yang tertulis di kertas dan dilafalkan oleh seorang siswa, tetapi apa yang dihidupi oleh seorang siswa dalam keseharian, baik itu di sekolah maupun di lingkungannya. Apa yang dihidupi lebih dingat, daripada apa yang dihafalkan dan dilafalkan untuk kepentingan nilai di sekolah. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun