Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Netizen Rindu SBY Lewat Para Menantu, Tanda Positif bagi Partai Demokrat?

9 Oktober 2020   18:29 Diperbarui: 9 Oktober 2020   18:47 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama keluarga dalam suatu kesempatan berziarah ke makam istrinya, Ibu Ani Yudhoyono. Sumber foto: Christoforus Ristianto/Kompas.com

Situasi politik tanah air memanas beberapa hari terakhir. Pengesahan Undang-undang omnibus law cipta kerja menimbulkan demonstrasi pada pelbagai tempat di tanah air. Tidak sedikit dari demonstrasi ini berujung pada pengrusakan fasilitas publik.

Untuk konteks negara demokrasi, demonstrasi sah-sah saja untuk dilakukan. Itu merupakan bagian dari ekspresi berdemokrasi. Seperti kata Gubernur Ibukota DKI Jakarta dalam menyikapi demonstrasi yang terjadi itu.

Menurut Gubernur Anies bahwa demonstrasi merupakan hak dari warga negara untuk menyatakan pendapat mereka. Hal itu pun dilindungi oleh konstitusi (CNN Indonesia. com 9/10/20)

Akan tetapi, sebuah demonstrasi menjadi miris dan disesalkan ketika ujung-ujung dari demonstrasi melahirkan pengrusakan dan kekerasan. Pada titik ini, demonstrasi tersebut hanya melukai makna dari demokrasi yang sebenarnya. Betapa tidak, sangat sulit dibayangkan berapa banyak uang yang harus dipakai agar memperbaiki kembali fasilitas yang dirusaki. Belum lagi, luka fisik yang dialami dari orang-orang yang terlibat dalam aksi demonstrasi.

Di balik pelbagai aksi demonstrasi penolakan Undang-undang cipta kerja, para politisi, tokoh, dan institusi berseru untuk meninjau kembali Undang-undang cipta kerja. Menimbang demonstrasi yang terjadi, peninjauan kembali pada Undang-undang cipta kerja barangkali perlu kalau itu bisa meredakan situasi sulit yang terjadi.

Daripada gelombang massa terus terjadi berkepanjangan, lebih baik DPR dan pemerintah melihat kembali hal itu. Salah satu tujuannya agar apa yang masih sangsi dan tidak jelas di mata masyarakat, diperjelaskan dengan baik.  Termasuk, upaya pemerintah untuk melawan hoaks yang bisa mengaburkan poin-poin dari Undang-undang itu.

Selain itu, pelbagai pihak coba melihat dari kaca mata berbeda tentang situasi itu. Adalah menantu Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Annisa Pohan dan Aliya Rajasa kompak menyatakan jika masyarakat merindukan sosok SBY (www.kompas.tv.com 9/10/20).

Kerinduan itu mengalir di aplikasi dari keduanya. Menariknya, ungkapan kerinduan itu terjadi di tengah situasi memanas karena pengesahan undang-undang cipta kerja.

Ungkapan kerinduan di tengah situasi saat ini tentunya bisa dipandang dari pelbagai sisi. Ungkapan kerinduan itu pun parsial. Dalam arti, itu tidak bisa mewakili semua perasaan seluruh rakyat Indonesia.

Entah seberapa banyak rakyat merindukan sosok SBY, hal ini memantik hubungannya antara SBY dan Partai Demokrat. Pasalnya, Partai Demokrat menjadi salah satu partai yang menolak pengesahan undang-undang cipta kerja.

Bahkan, anggota partai ini rela keluar dari luar ruang sidang ketika aspirasi mereka tidak didengarkan. Karena ini, mereka memutuskan meninggalkan ruang sidang walaupun sidang masih berlangsung.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun