Kemarin (2/8), kasus Covid-19 di Filipina melonjak tajam. Jumlah kasus yang terdaftar lebih dari 5000 kasus. Karena ini, total kasus pun melebihi angka ratusan ribu.
Lonjakan tajam ini tentu memprihatinkan banyak pihak. Di balik keprihatinan itu, muncul pelbagai pendapat. Pendapat mereka berkisar antara mengembalikan status karantina dari agak longgar kembali pada situasi yang ketat.
Pasalnya, status karantina pernah mengontrol jumlah kasus. Memang tidak secara total menghilangkan kasus, tetapi jumlah kasus begitu minim.
Semalam, pemerintah lewat suara Presiden Duterte menyatakan pengembalian beberapa wilayah pada status karantina ketat. Status ini disebut dengan Modified Enhanced Community Quarantine (MECQ).Â
Status karantina ini tidak terlalu ketat serupa dengan masa lockdown. Yang lebih ketat disebut dengan Enhanced Community Quarantine (ECQ), dalam mana ada aturan yang begitu ketat dalam membatasi pergerakan masyarakat. Sebalikny, dalam MECQ, pemerintah tetap membiarkan beberapa pergerakan di level masyarakat.Â
Akan tetapi, dalam status ini masyarakat kembali diwajibkan untuk menggunakan kartu identitas untuk keluar rumah. Dan, tidak semua orang bisa keluar rumah. Lalu, ada pembatasan pada angkutan umum. Â
Situasi serupa terjadi di provinsi di mana saya tinggal. Kemarin, hadir kabar yang menimbulkan pembicaraan di antara masyarakat. Jumlah kasus meningkat drastis dalam satu hari. Sedihnya, kasus meningkat di salah satu kabupaten yang terletak di wilayah pegunungan. Butuh 3-4 jam untuk mencapai kabupaten tersebut.
Situasi ini mencemaskan. Banyak orang kerap berpikir apabila kasus akan begitu gampang tersebar di wilayah kota.
Penambahan kasus ini menjadi perhatian banyak orang. Awalnya, hanya berjumlah 20-an pasien. Namun, kasus meningkat tajam dalam sehari saat ditemukan 9 kasus baru.
Padahal, pemerintah setempat sudah melakukan pelbagai upaya dalam mengontrol penyebaran kasus korona. Pernah pemerintah provinsi setempat menerapkan situasi karantina begitu ketat.
Tidak semua orang boleh keluar rumah. Ada jadwal yang diatur. Alhasil, hanya satu kasus yang terjadi dalam rentang lebih dari dua bulan.