Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Masuk Grup Medsos, Perlukah Tahu Intensinya agar Tidak Asal Posting?

4 Juli 2020   19:52 Diperbarui: 4 Juli 2020   20:31 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WhatsApp, Salah satu aplikasi Media Sosial yang kerap dipakai untuk pembentukan grup (Sumber foto: Guiding Tech.com)

Media sosial memberikan banyak kemudahan. Salah satunya, memberi peluang bagi banyak orang untuk membentuk grup.

Pembentukan grup memberikan keuntungan tersendiri. Terbilang ekslusif, dan topik pembicaraan bisa menjadi terarah. Terlebih lagi, jika grup itu dibentuk atas dasar minat dan kepentingan yang sama. 

Sejauh ini, saya mempunyai 7 grup di aplikasi WhatsApp. Barangkali terbilang sedikit bila dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Ada yang terlibat sampai 10 grup WA. Karenanya, sangat sulit dibayangkan bagaimana dia membaca dan menerima setiap pesan yang masuk.

Tiap grup terbentuk atas tujuan tertentu. Misalnya, grup teman angkatan sewaktu SMA. Umumnya, yang dibicarakan adalah kenangan masa lalu sewaktu SMA.

Saya perhatikan jika ada persoalan baru, hal itu tidak terlalu menarik banyak anggota grup. Paling-paling, hanya diminati oleh orang-orang yang bersentuhan langsung dengan persoalan tersebut. Diskusinya juga pendek. Mungkin karena tidak terlalu melibatkan banyak orang.

Beda kalau topik yang diangkat soal pacaran sewaktu masa SMA. Banyak orang yang berpartisipasi. Pasalnya, tiap orang hampir mempunyai koneksi dengan topik yang diangkat.

Pada titik ini, kita mungkin disadarkan jika sebuah grup terlahir karena intensi tertentu. Saat topik pembicaraan berjalan seturut intensi itu, banyak orang berpartisipasi. Tetapi, kalau tidak, banyak orang yang cenderung diam. Bahkan ada orang yang nekad meninggalkan (left) grup tersebut.

Sejauh ini, saya hanya meninggalkan satu grup di medsos. Alasannya, karena hampir orang-orang yang ada di dalam grup itu tidak saya kenal. Kebetulan saya dimasukkan oleh seorang teman ke grup itu guna membaca pelbagai renungan rohani.

Ternyata, bukan hanya renungan rohani yang dihadirkan di grup itu. Bahkan pembicaraan yang jauh dari konteks di mana saya berada dan berasal.

Daripada memori hanphone penuh dan kerap terganggu oleh desingan pesan masuk, saya pun meninggalkan grup itu. Keputusan ini terlahir karena saya melihat grup itu bertolak dari intensi yang diperkenalkan kepada saya.

Intensi utama dari pembentukan grup di medsos, pentingkah?

Sangatlah penting! Orang masuk ke sebuah grup bukan saja untuk berinteraksi, tetapi mereka juga perlu tahu intensi di balik grup tersebut. Interaksi menjadi bermakna jika grup menghidupi intensi pembentukannya. Komunikasi antara anggota berjalan dengan intensi di balik pembentukan grup itu sendiri.

Kalau seorang tidak setuju dengan intensi itu, dia berhak untuk tidak terlibat atau juga meninggalkan grup itu. Bahkan, jika topik yang didiskusikan sudah berseberangan, orang lain bisa protes.

Pagi ini, situasi di salah satu grup yang saya ikuti. Seorang anggota grup memposting sebuah persoalan. Di bawah postingan itu, dia meminta anggota grup untuk berdiskusi mengenai persoalan tersebut.

Awalnya, diskusi berlangsun alot. Tetapi, situasi berubah saat satu dan dua orang protes.

Mereka protes karena persoalan itu tidak pantas didiskusikan di grup itu. Alasannya karena anggota grup tidak semua bersentuhan dengan persoalan yang dihadirkan. Itu bisa mencederai anggota grup yang lain.

Protes ini malah menciptakan persoalan baru. Persoalan yang ditawarkan terlupakan. Anggota grup sibuk mengklarifikasi tujuan dari keberadaan grup tersebut.

Lantas, salah seorang bertanya tetang visi-misi pembentukan grup tersebut. Apa sebenarnya intensi dari pembentukan grup tersebut? Tidak ada yang memberikan jawaban yang jelas. Semua bungkam. Diskusi berhenti.

Situasi seperti ini agak rumit. Orang kadang kala masuk sebuah grup di media sosial bukan karena faktor minat, pekerjaan, dan latar belakang tertentu. Sekadar masuk. Saat situasinya berbeda dengan keinginan pribadi, pada saat itu ada pemberontakan. Ujung-ujungnya, meninggalkan grup.

Penting juga terlibat dalam grup medsos. Apalagi jika tujuan dari grup itu sejalan dengan minat, kepentingan dan keinginan kita. Karenanya, sangat perlu untuk melihat intensi dari setiap grup yang kita ikuti agar kita tidak kecewa. Kalau tidak searah, sebaiknya kita tinggalkan tanpa merasa bersalah atas langkah tersebut.

Selain itu, hemat saya, sebagai anggota grup juga perlu tahu intensi dari setiap grup yang kita ikuti. Tujuannya, agar kita tidak sekadar memposting yang bisa menyakiti anggota grup yang lain.

Grup di medsos memang dunia maya. Tetapi, dampaknya menjangkaui dunia maya, dan memengaruhi aksi di dunia nyata.

Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun