Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendengarkan Curhat Masalah Orang Lain, Dampaknya Tidak Gampang

28 Juni 2020   13:28 Diperbarui: 28 Juni 2020   15:01 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendengarkan. Sumber foto: Pexel.com

Prihal mendengarkan bukanlah perkara gampang. Ini membutuhkan kemampuan terbaik. Agar apa yang dibicarakan bisa diresapi dan pembicara juga merasa nyaman dalam menyampaikan pesannya kepada kita.

Kalau kita memberikan kemampuan terbaik dalam mendengarkan, orang akan kehilangan perhatian untuk berbicara. Dia bisa lebih banyak diam. Atau juga, lebih banyak menyembunyikan fakta dengan pembicaraan sekadarnya.

Mendengarkan orang lain tidak gampang. Ini juga menantang. Terlebih lagi, saat kita berhadapan dengan orang-orang yang mempunyai persoalan-persoalan berat.

Beban batin harus dikeluarkan. Mencari pendengar yang baik adalah salah satu cara. Pada satu titik, bagi pembicara hal ini bukanlah persoalan. Malah, itu menjadi bantuan yang sangat berarti dalam proses penyembuhan dan pembersihan diri.

Tetapi bagi pendengar, beban batin itu bisa juga berdampak. Terlebih lagi, jika persoalan begitu berat. Energi negatif yang muncul dari pembicara juga mengalir pada diri pendengar. Jadinya, kita bisa merasa pusing, tidak percaya dengan apa yang kita dengar dan bahkan terbebankan dengan cerita teman itu.

Kemarin, hampir saya ditelpon seorang teman. Tiga jam dia berbicara lewat telpon. Dia sementara berhadapan dengan situasi yang cukup dilematis.

Situasi di tempat kerja membebaninya. Sudah lama dia tinggal di salah satu kantor. Belum naik pangkat. Yang membuat tersakiti, bawahannya dipindahkan ke departemen lain. Bukan juga sekadar pindah, tetapi bawahannya itu naik ke level yang lebih tinggi.

Karena situasi ini, dia menjadi tidak suka dengan pimpinan. Dia mulai mengira-ngira alasan di balik pemilihan pimpinannya pada penentuan bawahannya.

Tidak hanya itu, dia mulai mengeluarkan kekecewaannya dan kemarahannya kepada pemimpinya. Saya sendiri sulit memberikan nasihat karena saya tidak mengetahui tempat kerjanya. Saya lebih banyak dia, sesekali bertanya dan ikut mengamini gagasannya.

Namun, lebih banyak pembicaraannya tentang pikiran negatif tentang tempat kerjanya, orang-orang yang dihadapinya beserta keputusan para pemimpin. Bisa dikatakan, dia tidak melihat sisi positif dari setiap keputusan yang dibuat dan performa pemimpin di tempat kerjanya.

Pembicaraan berhenti karena saya merasa jenuh. Saya meminta untuk melanjutkan pembicaraan di lain waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun