Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menertawakan Kesalahan Seseorang, Bagaimana jika Itu Terjadi pada Kita?

18 Juni 2020   18:13 Diperbarui: 25 Juni 2020   01:30 1675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menertawakan kesalahan orang lain (Sumber: www.huffpost.com)

Barangkali kita pernah tertawa saat teman atau orang lain melakukan kesalahan. Saya juga pernah.

Sebenarnya hal ini tidak memberikan solusi. Malahan, ini bisa membuat orang yang melakukan kesalahan menjadi malu dan minder.

Saya sendiri jika melihat orang lain menertawakan kesalahan yang saya lakukan, saya merasa minder. Apalagi kalau saya tidak tahu di mana letak kesalahannya. Tetapi kalau saya sadar pada kesalahan yang saya lakukan, saya agak menerima kenyataan itu sembari mencari cara untuk berdamai dengan situasi.

Prinsipnya, kita tidak luput dari kesalahan. Saat kita melakukan kesalahan, reaksi orang lain bisa berbeda-beda. Ada yang marah, jengkel, kecewa dan bahkan tertawa atas kesalahan kita itu.

Reaksi ini bergantung pada dampak dari perbuatan salah tersebut. Jika dampaknya mempengaruhi orang lain, reaksi mereka bisa marah, jengkel, dan kecewa. Tetapi jika kesalahan itu sendiri hanya berdampak bagi diri kita sendiri atau tidak berdampak secara langsung pada orang lain di sekitar kita, bisa saja mereka menertawakan kita atas kesalahan kita. Bahkan karena kesalahan itu, kita dijelekkan, diolok dan dipojokkan.

Tentunya, kita tidak mau agar reaksi orang lain membebankan hidup kita. Kita mau bebas dari bayang-bayang kesalahan itu sekaligus dari reaksi negatif orang lain.

Pada tulisan ini, saya mau melihat efek dari menertawakan kesalahan orang lain. Ataukah, efek dari orang lain yang menertawakan kesalahan kita. Pengamatan ini terbilang subyektif. Hanya sebatas pengalaman sendiri dan memerhatikan situasi sekitar.

Barangkali kita cenderung menertawakan seseorang yang melakukan kesalahan. Apalagi jika kesalahannya itu menghadirkan situasi yang konyol.

Memang hal ini sulit dihindari. Tetapi bukan dengan itu, kita juga ikut memojokkan orang tersebut. Dengan kata lain, menjadikan kesalahannya sebagai bahan ejekan.

Hemat saya, kita bisa tertawa, tetapi itu berhenti di saat kesalahan itu terjadi. Di luar itu, kita hadir sebagai teman yang mengoreksi, membenarkan, dan menuntun yang bersalah pada hal yang benar.

Ilustrasi merasa malu karena ditertawai (Sumber foto: www. pexels.com)
Ilustrasi merasa malu karena ditertawai (Sumber foto: www. pexels.com)
Menertawakan kesalahan orang lain bukanlah solusi. Itu bisa menghadirkan beban batin bagi orang yang melakukan kesalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun