Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Nasib Sedih Manchester City pada Dua Musim di Eropa dan Kesempatan bagi Tim Lain di Inggris

15 Februari 2020   07:19 Diperbarui: 15 Februari 2020   13:59 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pep Guardiola, pelatih man city. Sumber foto: Goal com/getty images

Sejak kepemilikan Manchester City diambil oleh pengusaha Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan di tahun 2012, Man City pun bertransformasi menjadi salah satu raksasa sepak bola di Inggris dan di Eropa.

Proses transformasi itu nampak lewat investasi besar dengan merekrut talenta-talenta hebat dari klub-klub di daratan Eropa. Bahkan seorang pelatih sukses dan bertalenta, Pep Guardiola ikut kepincut dengan proyek yang sedang dibangun oleh Man City.

Di level liga Inggris, mereka beberapa kali meraih gelar. Sebelum dibeli oleh pengusaha Timur Tengah ini, Man City hanya berhasil meraih dua gelar Liga Inggris.

Sejak berada di bawah kendali Sheikh Mansour, M. City sudah sudah berhasil merengkuh 4 kali titel Liga Inggris.

Secara umum, Man City sedang menuliskan dirinya sebagai salah satu tim yang patut disegani dalam sejarah sepak bola Liga Inggris.

Situasi Man City di Liga Inggris berbanding terbalik di kompetesi liga antarklub di Eropa. Di kompetesi Liga Champions, Man City terlihat masih melempem.

Man City tidak mempunyai mentalitas sebagai petarung laiknya klub-klub yang kerap menjuarai Liga Champions seperti Real Madrid, Bayern Munchen, Liverpool dan Barcelona.

Ini menunjukkan kalau untuk meraih sukses, modal investasi uang bukanlah jaminan semata-mata.

Mentalitas tim sangatlah penting, bukan saja mentalitas saat bertanding di level domestik, tetapi berhadapan dengan tim-tim lain dari liga-liga di daratan Eropa.

Nasib semakin apes bagi Man City saat komisi sepak bola Eropa, UEFA mengeluarkan larangan bagi Man City untuk tidak boleh berpartisipasi di kompetesi antaraklub Eropa selama dua musim, 2020-21 dan 2021-22.

Larangan ini keluar saat Man City terbukti melanggar peraturan Financial Fair Play (FFP). Atas keputusan itu, pihak Man City hanya mengatakan kalau mereka "kecewa tetapi tidak terkejut" dengan keputusan tersebut (Goal.com 15/2/2020). Secara tidak langsung, ini bisa berarti mereka sudah tahu dan sadar akan situasi itu.

Dalam investigasi yang dilakukan oleh komisi UEFA, the Adjudicatory Chamber of UEFA's Club Financial Control Body, menemukan kalau Man City menyalahgunakan keuntungan sponsor antara tahun 2012 dan 2016.

Investigasi ini mencuat ke permukaan setelah majalah Jerman, "Der Spiegel" di bulan November 2018 berbicara tentang email dan dokumen yang mengarah pada sponsihip Man City.

Seperti yang dikutip oleh Kompas. Com dari "Guardian", dalam dokumen dan email yang dibocorkan oleh majalah Jerman, "Der Spiegel", pemilik Man City Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan mengalokasikan uang pribadi untuk sponsor utama Man City,  Etihad.

Karena suntikan dana ini, Etihad menjadi sponsor di Man Ciy seperti pada jersey pemain City, nama stadion dan akademi Man City  (kompas.com 15/2/2019).

Hukuman terlihat begitu berat bagi Man City yang sudah terbiasa tampil di Liga Champions sejak diambil alih oleh pengusaha asal Abu Dhabi itu.

Padahal keseringan bermain di Liga Champions bisa membangun mentalitas sebagai salah tim yang disegani di Eropa.

Pada saat M. City sedang membangun mentalitas tim untuk terbiasa bermain di level Liga Champions, komisi UEFA malah mengeluarkan larangan dua tahun untuk bermain di kompetesi antarklub Eropa.

Musim kompetesi 2019/2020 merupakan kesempatan Pep Guardiola dan anak-anak asuhnya bermain di Liga Champions. Namun jalan menuju tangga juara terlihat agak terjal.

Betapa tidak, Pep Guardiola akan ditantang oleh Real Madrid. Real Madrid mempunyai tradisi kuat dan mentalitas petarung dan pemenang di Liga Champions.

Sementara itu, Man City belum terlalu berakar di Liga Champions dan mentalitas sebagai salah satu tim hebat di Liga Champions belum nampak hingga saat ini.

Kalau saja, M. City kandas di tangan anak-anak asuh Zidane, maka M. City mesti menanti dua musim untuk bisa kembali bermain di Liga Champions.

Penantian yang cukup panjang, tetapi bisa memberikan resiko dan konsekuensi kepada kekuatan tim ke depan.

Konsekuensi itu bisa berupa minat para pemain untuk bergabung dengan Man City. Bukan rahasia lagi kalau banyak pemain berniat bergabung dengan tim-tim besar karena niat mereka untuk bermain di Liga Champions. Tanpa jaminan untuk bermain di Liga Champions, mereka bisa berpaling pada tim lain.

Selain itu, di dalam tubuh Man City sendiri, larangan dua musim bisa menjadi obat yang mengetes loyalitas para pemain Man City yang sementara ada di tim untuk saat ini.

Loyalitas itu nampak lewat kerelaan mereka untuk tidak bermain di kompetesi antarklub Eropa untuk dua musim berturut-turut.

Memang tidak gampang karena bermain dan meraih sukses di level Eropa kerap memberikan pengalaman berbeda bagi karir seorang pemain.

Ketidakikutsertaan Man City di kompetesi klub antarklub di Eropa membuka peluang emas bagi tim-tim di Liga Inggris. Secara tidak langsung, spot peringkat ke-5 menjadi rebutan banyak tim.

Pada musim ini, tim-tim seperti M. United, Tottenham Hotspur, Chelsea, Sheffield United, Wolves, Everton dan bahkan Arsenal mempunyai poin yang hampir sederajat.

12 pertandingan tersisa pada musim ini bisa menentukan kiprah tim-tim ini untuk bermain di Eropa. Meraka bisa berjuang untuk meraih peringkat ke-5 agar bisa tampil di Liga Champions musim depan.

Dengan keluarnya keputusan larangan Man City tampil di Liga Champions berturut-turut memberikan keterbukaan besar bagi tim-tim lain di Liga Inggris tampil di kompetesi antarklub di level Eropa.

Selama dua musim, M. City bisa menggunakan momen untuk fokus pada level Liga Inggris. Ini adalah kesempatan untuk mengganggu kekuasaan Liverpool di level domestik.

Memang terasa berbeda kalau tampil di kompetesi Eropa. Tidak hanya pemain yang mendapat pengalaman dalam karir mereka, tetapi ini juga memberikan keuntungan dari sisi finansial untuk sebuah tim.

Dua musim bukanlah pengalaman yang menyenangkan bagi Man City. Walaupun nantinya Man City bisa menjuarai kompetesi Liga Inggris di musim depan, mereka tetap tidak bisa berpartisipasi di Liga Champions.

Man City merasa kecewa dan tidak terkejut dengan keputusan yang telah dibuat. Sementara tim-tim lainnya di Liga Inggris merasa "beruntung" karena itu membuka peluang bagi mereka untuk bermain di level Eropa.

Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun