Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga yang menjadi korban dari insiden ini. Tidak hanya itu. Para petinggi Iran yang terlanjur begitu percaya diri bahwa kejatuhan pesawat merupakan masalah mesin juga ikut menyampaikan permohonan maaf kepada negara-negara yang merasa dirugikan.
Tidak terlepas dari kebenaran yang terjadi di lapangan dan permohonan maaf dari pemerintah Iran, peristiwa ini membahasakan tentang wajah atau gambaran kalau perang dan konflik sungguh-sungguh terjadi.
Pertama-tama yang menjadi korban dari perang dan konflik ini bukan hanya pihak militer, tetapi nyawa warga sipil yang tidak berdosa dan tidak mau adanya perang. Hanya karena berada di daerah konflik, mereka mesti menjadi korban.
176 nyawa insiden jatuhnya pesawat Ukraina merupakan kenyataan yang menggambarkan jatuhnya korban tak bersalah. Mereka bisa saja tidak mau adanya konflik antara Amerika Serikat dan Iran. Namun karena berhadapan dengan sistem yang salah, mereka menjadi korban.
Entah apa tanggapan dan reaksi lanjut dari negara-negara yang merasa dirugikan dari peristiwa ini. Tentunya, permohonan maaf tidak sekadar diterima tanpa ada kompensasi yang setimpal ada peristiwa ini.
Keadilan bagi korban adalah jalan yang tepat bagi pemerintah Iran untuk memulikan situasi dan popularitas mereka di mata negara-negara lain. Upaya melindungi pelaku di balik alasan kekeliruan manusiawi hanya bisa memperpanjang masalah.
Sebaliknya saat pemerintah Iran dengan berani menindak tegas para pelaku yang bertanggung jawab atas peristiwa ini, pastinya banyak negara yang mendukung dan menghargai proses hukum tersebut. Ujung-ujungnya, konflik bisa dihindarkan dan relasi antara negara tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Selain itu, hal ini mengingatkan banyak negara untuk memperbaiki sistem negara agar kekeliruan manusiawi tidak gampang terjadi. Sistem yang baik selalu menolong kelemahan manusiawi dalam menghadapi pelbagai persoalan.
Salam Damai!