Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Natal, Bukan Hanya Momen untuk Belanja, tetapi Momen Belajar Kesederhanaan

11 Desember 2019   12:34 Diperbarui: 24 Desember 2019   09:56 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto Inquirer.net

Pakaian atau busana biasanya menjadi target. Alasannya mungkin agar bisa dikenakan saat pergi ke gereja. Tidak heran, promosi baju saat perayaan natal begitu menjamur.

Seorang teman yang mempunyai bisnis di salah satu kota di Flores pernah berkisah tentang tingginya permintaan busana tertentu di waktu natal. Menurutnya, natal adalah momen di mana permintaan begitu tinggi.

Jauh sebelum natal, dia sudah pergi ke Jawa untuk memesan busana dan pakaian tertentu. Selain itu, busana dan pakaian yang dipesan mesti sesuai dengan selera pasar atau konsumen. Bahkan tidak sedikit konsumen yang mengindentifikasi pakaian apa yang mereka pesan.

Pertanyaannya, akankah baju dan busana memberi makna pada perayaan natal?

Saya kira baju baru atau busana baru dan penampilan luar pada umumnya yang hanya sesaat itu tidak bisa menjadi standar utama untuk memaknai perayaan natal. Mereka hanyalah faktor tambahan yang bisa ada dan bisa pun tidak ada.

Perayaan natal itu menjadi bermakna saat kita belajar dan menghidupi momen-momen yang mengitari peristiwa natal itu. Momen-momen itu berkaitan dengan tujuan dari perayaan natal.

Salah satunya adalah momen kesederhanaan. Tradisi Gereja dan kisah dalam Kitab Suci Kristen menggambarkan kalau Tuhan Yesus dilahirkan dari keluarga sederhana di Nazareth. Tidak hanya itu, dia dilahirkan di kandang domba.

Gambaran kandang domba selalu identik dengan kemiskinan, kotor dan dekil. Walaupun demikian, Tuhan memilih tempat itu menjadi tempat di mana Dia hadir di dunia. Hal ini bisa membahasakan tentang pesan kesederhanaan.

Tuhan tidak membutuhkan tempat yang mewah, penampilan yang luar biasa, dan dekorasi yang aduhai untuk menunjukkan dirinya. Penampilan luar tidak menjadi standar utama bagi tempat kehadiran Tuhan.

Sebaliknya, sejauh kita berusaha untuk menjadikan hati dan diri kita sebagai tempat kehadiran Tuhan walaupun hidup kita dan penampilan kita sederhana, kita bisa menjadikan perayaan natal bermakna.

Tidak salah untuk menciptakan dekorasi yang mewah dan luar biasa selama untuk natal. Yang paling penting adalah kita membuat itu untuk foya-foya semata-mata sementara masih banyak orang di sekitar kita yang hidup dalam kesusahan.

Kita menghabiskan banyak uang untuk membeli barang-barang yang menunjang penampilan luar, padahal masih banyak hal yang menjadi bagian dari kebutuhan kita masih terbelengkai seperti pendidikan anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun