Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Anggaran Belanja, Utamakan Kebutuhan daripada Keinginan

13 Oktober 2019   06:31 Diperbarui: 4 November 2019   09:47 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by the Guardian Money.com

Komentar wakil presiden Bpk. Jusuf Kalla yang dimuat di kompas.com (8/10/19) cukup menarik untuk direnungkan. Komentarnya itu merupakan tanggapannya pada protes atas kenaikan premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan.

Menyikapi protes itu, seperti yang tertulis dalam judul berita, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kalau "beli pulsa dan rokok banyak, tetapi BPJS naik mengeluh".

Komentar Bpk. Jusuf Kalla ini cukup menarik. Ini bisa menjadi bahan evaluasi diri bagi kita.

Tulisan saya ini tidak berbicara tentang BPJS atau mendukung  pendapat Bpk. Jusuf Kalla. Saya hanya melihat sisi lain dari komentar itu.

Kalau dirunut lebih jauh, komentar itu bisa berbicara tentang sistem budgeting pribadi atau juga di keluarga kita. Bagaimana kita membuat budgeting dalam kehidupan harian kita?

Prinsipnya, siapa saja mesti mempunyai anggaran pribadi dan keluarga. Biasanya, orang yang pandai mengatur anggaran pribadi, dia juga akan gampang mengatur anggaran keluarga. Begitu pula sebaliknya. Yang biasanya amburadul dalam mengatur anggaran pribadi, akan kesulitan dalam mengatur anggaran keluarga.

Soal pulsa dan rokok adalah soal anggaran pribadi. Ini bisa juga menjadi anggaran keluarga agar tidak ada keluhan dari anggota keluarga yang lain tentang pengeluaran yang tidak seimbang.

Mengapa Membuat Anggaran?
Rokok memang sulit dianggarkan dalam budget keluarga. Bahkan merokok juga akan bisa merusak anggaran pribadi. Bagaimana tidak, seorang perokok berat akan sulit mengatur kebiasannya merokok. Salah satu cara adalah perlahan-lahan berhenti untuk merokok. Ini adalah salah satu solusi agar merokok tidak mengganggu anggaran pribadi dan keluarga.

Sementara itu, hemat saya, pulsa juga bisa dianggarkan. Apalagi sistem pulsa yang berbasis pada kuota tertentu. Konsumsi pulsa mesti dianggarkan dengan baik agar adanya keseimbangan dalam budgetIng. Kita bisa mengganggarkan pulsa kita menurut jumlah kuota tertentu.

Seperti misal, saya biasanya menganggarkan 2 GB selama sepekan. Kalau empat Minggu atau sebulan, saya bisa menghabiskan 8 GB. Kuota seperti itu menjadi anggaran bulanan karena kalau tidak dianggarkan, saya bisa tidak terkontrol dalam membeli pulsa. Mungkin anggarannya akan berbeda dengan orang yang pekerjaannya bersentuhan langsung dengan internet.

Tentunya, anggaran pemakaian pulsa dibarengi dengan disiplin diri. Kita mesti tahu kalau berapa jumlah kuota yang mesti dikonsumsi selama sebulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun